Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Menjelang tutup tahun, kondisi ekonomi Indonesia mendapatkan kado pahit dengan terjadinya pelemahan rupiah yang saat ini hampir menembus Rp 13.000 per dollar Amerika. Pelemahan rupiah ini akan berdampak pada industri yang banyak menggunakan bahan baku impor seperti industri farmasi.
Direktur Utama PT Kimia Farma Tbk, Rusdi Rosman mengatakan dampak pelemahan rupiah terhadap dollar belum berpengaruh kepada bisnis Kimia Farma. Pasalnya, perseroan sudah dari awal tahun menandatangani kontrak belanja bahan baku untukĀ keperluan produksi hingga akhir tahun.
"Kalau tahun ini, Kimia Farma sudah belanja semua bahan baku, sehingga hampir tidak ada dampaknya. Tetapi jika sampai tahun depan seperti ini terus maka akan berdampak besar karena 95% bahan baku kami impor," ujar Rusdi pada KONTAN Rabu (17/12).
Kimia Farma sendiri pada tahun depan sudah menganggarkan rupiah di kisaran Rp 12.000 per dollar Amerika. Untuk itu, jika rupiah terus melemah hingga Rp 13.000 per dollar Amerika, perseroan pun sudah siap dengan beberapa langkah strategis seperti meningkatkan penjualan ekspor agar terjadi nature hedging.
Kimia Farma sendiri telah berhasil menaikkan penjualan ekspor pada tahun ini menjadi 5,8% dari tahun lalu yang hanya berkontribusi hampir mencapai 4%. Untuk tahun depan, perseroan menargetkan bisa meningkatkan ekspor di atas 6%. Cara lainnya adalah dengan mencari sumber pembelian bahan baku yang lebih murah dan melakukan efisiensi biaya tetap seperti pergantian pemakaian bahan bakar dari solar menjadi gas.
Terakhir, jika rupiah terus melemah hingga awal tahun depan, Kimia Farma pun harus menaikkan harga produk obat-obatan. Biarpun begitu, Rusdi bilang besaran kenaikan harganya belum bisa disebutkan karena masih mempertimbangankan sejumlah hal seperti berapa besar pelemahan rupiah yang akan terjadi tahun depan.
Berdasarkan keterangan Bank Indonesia, pelemahan rupiah saat ini hanya akan berlangsung sementara karena adanya transaksi pembayaran utang korporasi dalam dollar Amerika. Selain itu, untuk menaikkan harga, perseroan pun harus melihat harga produk dari pesaing agar produk Kimia Farma bisa tetap laku di pasaran.
"Jadi kami masih melihat kondisi tahun depan. Jika rupiah terus melemah seperti ini, maka produk yang bahan bakunya impor seperti obat-obatan branded harus naik. Sedangkan untuk obat generik sulit dinaikkan harganya karena sudah masuk dalam e-catalog," kata Rusdi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News