Reporter: Francisca Bertha Vistika | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Walaupun kinerja keuangan semester satu 2014 tak menggembirakan, bukan menjadi halangan bagi perusahaan kosmetik PT Martina Berto Tbk melakukan ekspansi. Tahun ini, perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia dengan kode MBTO ini melakukan penambahan gerai dan renovasi gerai lama.
Bryan David Emil, Direktur Utama MBTO mengatakan, pihaknya akan melakukan penambahan dua gerai baru Martha Tilaar Shop (MTS) di Jakarta dan Palembang tahun ini. Selain itu, MBTO juga akan melakukan renovasi gerai-gerai lama seperti di Grand Indonesia (Jakarta), Lippo Karawaci (Tangerang), dan Kelapa Gading (Jakarta).
"Dana investasi penambahan tiap gerai baru sekitar Rp 1 miliar, dan renovasi Rp 250 juta," ungkap Bryan kepada KONTAN, Kamis (14/8).
Dengan menambah gerai dan renovasi gerai lama, perusahaan berharap tambahan pendapatan. Di atas kertas, tahun ini MBTO mematok kenaikan pendapatan 10% dari tahun 2013 lalu.
Selain menambah dan merenovasi gerai, MBTO dalam jeda waktu dua sampai tiga bulan yang akan datang akan mengoperasikan pabrik jamu herbal. Asal tahu saja, pabrik jamu herbal yang berlokasi di Cikarang, Bekasi itu memiliki kapasitas produksi jamu sebesar 259 ton per bulan.
Pembangunan pabrik jamu tersebut merupakan strategi perusahaan dalam menangkap peluang pertumbuhan pasar produk herbal. "Saat ini pabrik kami masih uji coba. Mudah-mudahan bisa beroperasi 2 bulan–3 bulan lagi. Soal izin produksi sudah hampir selesai," klaim Bryan.
Selain mengoperasikan pabrik, MBTO juga akan memperkuat kerjasama distribusi dengan perusahaan yang memproduksi produk pelengkap kecantikan, yaitu perusahaan kapas. "Nama perusahaan masih rahasia, kami baru bisa memberi tahu jika sudah ada kesepakatan. Kurang lebih 3 bulan lagi," jelasnya.
Bryan hanya bilang, perusahaan yang akan digandeng MBTO itu adalah perusahaan kapas lokal. Untuk rencana kerjasama ini, MBTO menyediakan dana investasi senilai Rp 21 miliar.
Untuk diketahui saja, pada semester pertama tahun ini, MBTO mencatatkan penurunan pendapatan sebesar 8,7% menjadi Rp 308,18 miliar dari periode yang sama tahun lalu senilai Rp 337,4 miliar.
Sementara itu, laba perseroan paruh pertama tahun ini melorot drastis 78,6% jadi Rp 3,9 miliar, jika dibandingkan laba periode yang sama tahun lalu senilai Rp 18 miliar. Penurunan laba terjadi karena turunnya pendapatan dan naiknya beban umum dan administrasi perseroan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News