kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kinerja MITI 2017 tergantung harga migas


Senin, 19 Juni 2017 / 22:41 WIB
Kinerja MITI 2017 tergantung harga migas


Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Bisnis migas PT Mitra Investindo Tbk nampaknya belum bisa menggeliat. Harga minyak dan gas global yang masih tertekan belum memberikan keleluasaan bagi perusahaan untuk melakukan eksplorasi. Apalagi lini bisnis lainnya, yakni pertambangan batu granit tengah dalam proses penjualan.

Oleh karena itu, perusahaan berkode saham MITI ini hanya mematok target pendapatan konservatif. Meskipun, dari sisi produksi minyak tahun ini diperkirakan akan meningkat 10% dibandingkan dengan tahun lalu

Yoyong, Direktur Keuangan MITI mengatakan, perusahaan baru bisa melakukan eksplorasi di Blok Garung, Kalimantan Tengah, jika harga minyak sudah mencapai US$ 60 per barel. Sejauh ini, Blok Garung masih dalam tahap awal persiapan eksplorasi, perusahaan baru menargetkan bisa melakukan uji seismik pada tahun depan. Rencana tersebut mundur, akibat harga minyak yang belum membaik, sehingga perusahaan memilih untuk menahan rencana eksplorasi.

"Bisnis minyak itu kalau harga rendah dan kita ngebor itu pasti rugi, jadi tunggu sampai harga membaik dan selama belum membaik pasti kami hold, kalau mau aman memang US$ 60 per barel," ujarnya di Jakarta, Senin (19/6).

Selain itu, perusahaan juga tengah menuntaskan pembelian 23,44% saham PT Benakat Oil yang saat ini masih dalam proses perizinan di BKPM. Harapannya, pada semester II nanti, seluruh proses sudah selesai dan perusahaan sudah mendapatkan pemasukan dari Benakat.

Sembari menunggu hal itu, perusahaan akan meningkatkan produksi di Blok Linda Selle, Sorong, Papua. Tahun lalu, Linda Selle memproduksi 195 barel per hari (bph) sedangkan sampai dengan Juni 2017, perusahaan sudah memproduksi rerata 205 bph.

"Ada peningkatan dibandingkan tahun lalu, jadi bedanya itu bisa 7.000 barel atau naik 10% dibandingkan produksi tahun lalu," lanjutnya.

Sepanjang kuartal I-2017, perusahaan sudah memproduksi 18.600 barel atau setara dengan 206 bph. Apabila produksi stabil, diperkirakan perusahaan bisa memproduksi 74.400 barel pada tahun ini. Jumlah tersebut meningkat cukup tajam dibandingkan dengan produksi pada tahun lalu yang hanya 66.200 barel atau setara 200 bph.

Oleh karena itu, selain meningkatkan produksi, perusahaan berharap harga minyak naik dan stabil, sehingga memberikan margin bagi perusahaan lebih baik. "Bisnis migas dari harga sudah naik, tetapi belum stabil, harapannya naik terus. Kalau seperti itu prospek migas bagus. Kalau diversifikasi kami tetap cari, ada juga yang di migas atau di luar migas, itu akan disesuaikan dengan kesempatan dan kegiatan usaha kami," lanjutnya.

Berkaca pada tahun lalu yang masih merugi, kata Yoyong, tahun ini pun perushaaan memprediksi masih akan mengalami kerugian. Tahun ini, MITI hanya menggelontorkan belanja operasional (Opex) sebesar US$ 135.000 hingga US$ 150.000 per bulan, sedangkan tahun lalu sekitar US$ 150.000 hingga US$ 160.000 per bulan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×