Reporter: Muhammad Julian | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun 2019 nampaknya menjadi periode yang cukup menantang bagi PT Ricky Putra Globalindo Tbk (RICY). Sepanjang tahun lalu, penjualan neto RICY hanya naik tipis sekitar 2,06% secara tahunan atau year-on-year (yoy) menjadi Rp 2,15 triliun.
Direktur Ricky Putra Globalindo, Tirta Heru Citra mengatakan, pertumbuhan penjualan yang tidak signifikan disebabkan oleh penjualan yang tertahan di semester I 2019. Menurut dugaan Tirta, kondisi yang serba tidak pasti akibat momentum pemilihan presiden dan wakil presiden membuat pelanggan menjadi cenderung menahan pembelian. Akibatnya, penjualan garmen menjadi tidak seramai biasanya.
Baca Juga: Ada wabah corona, Ricky Putra Globalindo (RICY) masih belum revisi target tahun ini
Di sisi lain, penjualan ekspor juga ikut menurun lantaran adanya permintaan penundaan pengiriman dari pembeli di Jepang. Mulanya, pesanan dijadwalkan untuk dikirim pada musim dingin tahun lalu. Namun demikian, karena alasan tertentu, pihak pembeli memutuskan untuk menggeser waktu pengiriman ke tahun berikutnya.
“Pertumbuhan tahun kami rata-rata normalnya 10%, memang 2019 itu upnormal karena ada pemilu,” kata Tirta kepada Kontan.co.id pada Rabu (13/5).
Mengintip laporan keuangan tahun 2019, penjualan segmen garmen di pasar lokal hanya tumbuh tipis sekitar 4,05% yoy dari semula sebesar Rp 675,87 miliar di tahun 2018 menjadi Rp 706,79 miliar pada tahun 2019 lalu.
Berikutnya, penjualan segmen garmen di pasar ekspor turun tipis sekitar 2,33% yoy dari semula sebesar Rp 325,57 miliar di tahun 2018 menjadi Rp 317,96 miliar 2019 pada tahun 2019. Sementara itu, segmen spinning mencatatkan kenaikan penjualan sekitar 1,82% yoy dari semula sebesar Rp 1,10 triliun pada tahun 2018 menjadi Rp 1,12 triliun di tahun 2019.
Baca Juga: Produsen GT Man raup pendapatan Rp 2,15 triliun di 2019, ini pendukungnya
Di sisi lain, RICY juga dihadapkan pada tantangan kenaikan upah minimum di awal tahun 2019. Alhasil, RICY harus menanggung kenaikan biaya produksi. Sepanjang tahun 2019 lalu, harga pokok penjualan (HPP) naik tipis 3,99% menjadi Rp 1,82 triliun. Sebelumnya, HPP RICY tercatat sebesar Rp 1,75 triliun pada periode sama tahun sebelumnya.
“Biasanya kalau ada kenaikan kita langsung pass on ke customer, nah kemarin pasarnya lagi lesu karena pemilu, jadi enggak bisa sembarang naikkan harga,” kata Tirta, Rabu (13/5).
Kenaikan juga dijumpai pada beberapa pos beban lainnya. Pos beban penjualan misalnya, naik 8,63% yoy menjadi Rp 149,92 miliar di tahun 2019. Sebelumnya, beban penjualan RICY tercatat sebesar Rp 138 miliar pada periode sama tahun 2018. Sementara itu, beban keuangan juga naik 30,23% yoy dari semula sebesar Rp 79,55 miliar di tahu 2018 menjadi Rp 103,60 miliar pada tahun 2019.
Kendati demikian, RICY juga berhasil menekan beberapa pos beban. Sepanjang tahun 2019 lalu, beban umum dan administrasi turun 8,09% yoy menjadi Rp 75,87 miliar. Sebelumnya, beban umum dan administrasi tercatat sebesar dari Rp 82,55 miliar di tahun 2018.
Baca Juga: Ricky Putra Globalindo (RICY) berencana bayar THR lebaran secara bertahap
Penurunan juga dijumpai pada beban lain-lain. Melansir laporan keuangan tahun 2019, beban lain-lain turun 83,77% yoy dari Rp 35,32 miliar di tahun 2018 menjadi Rp 5,73 miliar pada tahun 2019. Tidak hanya itu, RICY juga membukukan pertumbuhan penghasilan lain hingga 171,71% yoy dari semula Rp 14,82 miliar di tahun 2018 menjadi Rp 40,27 miliar pada tahun 2019.
Alhasil, RICY berhasil mengempit laba bersih tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar Rp 18,51 miliar. Sebelumnya, laba bersih RICY hanya mencapai Rp 11,73 miliar di tahun 2018. Per 31 Desember 2019 lalu, aset RICY tercatat sebesar Rp 1,61 triliun. Angka ini terdiri atas ekuitas sebesar Rp 457,25 miliar dan liabilitas sebesar Rp 1,16 triliun.
Sementara itu, kas dan setara akhir tahun tercatat sebesar Rp 151,52 miliar per 31 Desember 2019. Angka ini lebih besar sekitar 15,51% bila dibandingkan kas dan setara kas awal tahun yang tercatat sebesar Rp 131,17 miliar pada tahun buku 2019.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News