Reporter: Muhammad Julian | Editor: Handoyo .
Meski begitu, ROTI juga mencatatkan pengeluaran di beberapa pos pengeluaran. Beban usaha misalnya, pengeluaran ROTI pada pos pengeluaran tersebut mengalami penurunan 10,40% yoy dari Rp 1,59 triliun di tahun 2020 menjadi Rp 1,43 triliun di tahun 2021.
Setali tiga uang, pengeluaran ROTI pada pos biaya keuangan juga menyusut 37,93% yoy dari semula Rp 80,88 miliar di tahun 2020 menjadi Rp 50,20 miliar di tahun 2021.
Setelah pendapatan dikurangi pengeluaran di berbagai pos, ROTI mengantongi laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias laba bersih sebesar Rp 281,34 miliar di tahun 2021. Jika dibandingkan perolehan laba bersih ROTI di tahun 2020 yang sebesar Rp 215,05 miliar, realisasi laba bersih ROTI di tahun 2021 bertumbuh sebesar 30,82%.
Arlina menerangkan, ROTI melakukan berbagai inisiatif dalam proses pengelolaan produksi dan operasional sehingga mampu mendongkrak kinerja.
“Meskipun pada tahun 2021 harga bahan baku sudah mengalami kenaikan yang menekan laba kotor, akan tetapi perseroan berhasil memperbaiki margin laba bersih menjadi 8,6% dari hanya 6,7% pada tahun 2020,” tutur Arlina.
Direktur ROTI, Ida Apulia mengatakan, pandemi Covid-19 dengan varian Omicron yang masih tampak berkelanjutan dan gejolak harga komoditas dunia membayangi ROTI di awal tahun 2022. Meski begitu, ROTI masih optimistis dalam memoles kinerja.
“Manajemen tetap optimis dan berkomitmen melakukan analisa usaha yang komprehensif secara berkala untuk menetapkan strategi dalam mempertahankan pertumbuhan yang berkelanjutan," pungkas Ida.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News