Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
Dari ide tersebut, Arief pun mendirikan Restoran Bumbu Desa tahun 2004 dengan modal sekitar Rp 2,5 miliar. Sang ibu membantu penuh Arief untuk urusan menu.
“Kebetulan ibu asli Garut, jadi ini sebagai wujud apresiasi saya terhadap jagoan-jagoan masak tempo dulu,” ucap dia.
Sebagai pemanis, Bumbu Desa tidak hanya menyajikan sajian menu Sunda, melainkan juga pelayanan khas Sunda, seperti ucapan wilujeng sumping yang berarti selamat datang, hingga hatur nuhun alias terimakasih. “Sapaan itu yang membuat kami beda dengan yang lain,” cetusnya.
Bumbu Desa terus berkembang
Hanya dalam waktu 1,5 tahun, investasi Arief di Bumbu Desa sudah balik. Arief bahkan berhasil melebarkan sayap. Ia mendirikan cabang di Surabaya.
Ternyata usahanya terus berkembang dan kini sudah mencapai 8 gerai di seluruh Indonesia dengan rata-rata pengunjung mencapai 600 orang per hari per gerai.
“Saya merencanakan menambah lagi 8 gerai, dua di Jawa sisanya di luar Jawa,” imbuhnya.
Menariknya, untuk mengembangkan sayapnya, Arief lebih memilih untuk menjalin kerja sama dengan pihak-pihak lain ketimbang membuka waralaba.
Kini, setiap bisnis Arief, termasuk Raja Melayu yang didirikan tahun 2006, berada di bawah kendali perusahaan masing-masing. Namun, Arief tetap mengontrol keseluruhan perusahaan.
Bagi Arief, tidak ada yang tak mungkin di dunia ini. Ia sendiri berencana melebarkan sayapnya lagi dengan membangun hotel baru dengan konsep yang berbeda dari dua hotel miliknya. “Tapi, tunggu tanggal mainnya, ya,” ucap Arief kala itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News