kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

KKKS Asing hengkang dari Indonesia, ini kata pengamat


Minggu, 12 Desember 2021 / 20:32 WIB
KKKS Asing hengkang dari Indonesia, ini kata pengamat


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Belakangan, Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) semakin banyak yang hengkang dari Indonesia.

Pengamat ekonomi energi Universitas Padjadjaran Yayan Satyaki menilai, hengkangnya KKKS asing dari Indonesia lantaran kebijakan rezim fiskal migas Indonesia pada saat ini kurang menarik karena risk lebih besar dibandingkan dengan return

Yayan menjelaskan lebih lanjut, risiko yang tinggi ini disebabkan risiko dari eksplorasi dan kondisi iklim investasi yang kurang baik.

"Dari sisi risiko, potensi eksploitasi migas Indonesia pada saat ini yang tergolong berisiko rendah sudah relatif terbatas, dan hanya mengandalkan teknologi seperti enhancement oil recovery. Sedangkan untuk cadangan proven masih memerlukan studi yang lebih lama dan rata-rata memiliki risiko yang tinggi," jelasnya kepada Kontan.co.id, Minggu (12/12). 

Yayan memberikan contoh, misalnya saja eksploitasi migas lebih dalam dan lebih sulit secara geografis karena harus dilakukan di lepas pantai dan teknologi yang lebih advance. Sehingga memerlukan biaya investasi eksplorasi yang lebih besar dan investasi akses infrastruktur yang juga besar. 

Baca Juga: Dorong pertanian, Pertamina Field Limau andalkan program Niat Mila

Selain hal tersebut, dari sisi iklim misal banyaknya overlapping seperti tumpang tindih dari regulasi antara pemerintah pusat, dan daerah bahkan tingkat kementerian. Sehingga investor merasa ketidakpastian regulasi relatif sulit dan bertele-tele.

"Seperti yang kita ketahui tumpang-tindih regulasi ini mencoba di pangkas melalui UU Cipta Kerja akan tetapi menjadi mundur kembali karena UU terlalu terburu-buru dan inkonstitusional," ujarnya. 

Menyikapi hal ini, sistem KKKS di Indonesia memang seperti yang diprediksikan Yayan sebelumnya akan high cost dan high risk. Pemerintah mulai memikirkan rezim fiskal yang lebih efisien dengan mendorong industri migas local seperti PT Pertamina untuk mengembangkan R&D dari migas secara massif.

Menurut Yayan, hal ini seperti yang dilakukan oleh Petronas dan Petrobras. Melakukan kerjasama dengan perguruan tinggi dan riset bersama untuk mengembangkan eksplorisasi migas secara akademik yang selanjutnya dikembangkan menjadi komersil.

Baca Juga: Terus ekspansi, BP-AKR Indonesia akan bangun lebih dari 60 SPBU di 2022

Sehingga upaya ini dapat membangun dan mengestimasi portofolio risk dan return migas. 

Kabar paling terkini,  PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) mengakuisisi seluruh saham yang diterbitkan ConocoPhillips Indonesia Holding Ltd. (CIHL) dari Phillips International Investment Inc., yang merupakan anak perusahaan dari ConocoPhillips. 




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×