Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Kelautan dan Perikanan mendorong investasi di tambak udang. Pasalnya, pemanfaatan lahan budidaya masih sangat rendah dan potensi udang untuk kebutuhan ekspor masih sangat besar. Oleh karena itu, KKP mendorong program kemitraan antara pihak swasta dan masyarakat lokal.
Arik Hari Wibowo Direktur Kawasan dan Kesehatan Ikan dari Direktorat Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan KKP menyatakan komoditas udang tetap secara konsisten menjadi salah satu komoditas ekspor yang terus dicari pasar global. Namun sayangnya nelayan tambak udang umumnya belum memiliki fasilitas yang baik dan akses distribusi yang tepat.
"Permasalahan dalam budidaya udang, adanya pendangkalan dan kerusakan saluran irigasi tambak ini akan mempengaruhi ke kesehatan udang karena mempengaruhi kualitas air," kata Arik, Senin (20/8).
Oleh karena itu, KKP mendorong adanya program kemitraan antara swasta dengan masyarakat. Kemitraan tersebut berbentuk pelatihan dan pengembangan masyarakat, pembangunan infrastruktur dan pemilihan lokasi investasi dari sisi investor swasta. Sedangkan pemerintah akan menyediakan bantuan dari sisi lokasi dan regulasi.
Menurut Arik salah satu lokasi yang bisa dijadikan percontohan adalah lokasi tambak udang di Kabupaten Pasangkayu, Sulawesi Barat. Pada area tersebut, KKP, Pemda dan sejumlah perusahaan swasta telah bekerjasama mengembangkan lahan tambak seluas 50 hektare.
Asal tahu, pengembangan di tingkat nelayan dan tambak masih minim dan terlihat dari jumlah pemanfaatan lahan budidaya yang masih sedikit. Menurut Arik kini terdapat 16 titik pengembangan tambak udang yang seharusnya bisa lebih banyak dan dengan kualitas yang lebih baik.
Tahun ini KKP menargetkan produksi udang mencapai 700.000 ton. Adapun mayoritas pasar udang Indonesia diperuntukkan ekspor dengan tujuan utama ke Amerika Serikat.
Arik melanjutkan, saat ini potensi lahan di seluruh Indonesia untuk kategori ikan budidaya mencapai 12,9 juta hektare, namun yang baru terpakai untuk area air payau sebesar 2,96 juta ha, air tawar mencapai 0,32 juta ha dan dari air laut baru mencapai 0,27 ha.
Kemudian berdasarkan catatan Indonesia Shrimp Club, kebutuhan global udang tahun 2017 mencapai 6,9 juta ton. Adapun regional Asia menyumbang 2,79 juta ton dan sisanya berasal dari Amerika Latin. Oleh karena itu, Indonesia yang memiliki lahan budidaya perikanan yang tidak terpakai sebaiknya didorong untuk memenuhi kebutuhan global tersebut.
Menanggapi hal tersebut Iwan Sutanto ketua Indonesia Shrimp Club menyampaikan terdapat sejumlah area yang memiliki potensi pengembangan yang bagus, yakni di seluruh pantai selatan Jawa, pantai barat Sumatra, pantai Sulawesi, Sumbawa, dan Flores.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News