Reporter: Muhammad Julian | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan distributor alat berat, PT Kobexindo Tractors Tbk memacu pendapatan di sektor non pertambangan. Upaya ini dilakukan untuk mengantisipasi permintaan alat berat di sektor pertambangan yang lesu.
Direktur Kobexindo Tractors, Martio menjelaskan, tren penjualan alat berat di sektor pertambangan menunjukkan tren pelemahan. Hal ini dipicu oleh lesunya sektor industri pertambangan batu bara yang belakangan diperparah dengan adanya penerapan kebijakan lockdown di beberapa negara utama tujuan ekspor batu bara seperti China dan India.
Sebaliknya, meski masih terbilang terbatas di tengah pandemi corona (covid-19), peluang permintaan alat berat seperti misalnya forklift dan sweeper machine pada sektor non pertambangan seperti manufaktur dan logistik masih cukup terbuka.
Baca Juga: Kalbe Farma (KLBF) merestrukturisasi bisnis biar lebih fokus
Hal ini tercermin dari kinerja penjualan dan penyewaan alat berat melalui beberapa entitas anak usaha yang masih menunjukkan pertumbuhan positif. Sepanjang semester pertama tahun ini misalnya, pendapatan PT Kobexindo Equipment yang didapat dari penjualan dan penyewaan alat berat sektor non pertambangan mengalami pertumbuhan sebesar 34% dibanding semester pertama tahun lalu.
“Sejak awal kami sudah mengembangkan segmen di luar segmen pertambangan untuk memperkuat portofolio dan mengantisipasi pelemahan di sektor tambang,” ujar Martio saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (2/10).
Penguatan pendapatan di sektor non tambang akan ditempuh melalui sejumlah cara, termasuk di antaranya dengan mempersiapkan penjualan Truk Foton melalui entitas anak, PT Kobexindo Foton Indonesia. Asal tahu saja, KOBX telah menjadi distributor tunggal/eksklusif untuk FOTON di Indonesia melalui penandatanganan perjanjian pada April 2019 lalu.
Penguatan pendapatan di sektor non pertambangan tidak melalui dilakukan melalui penjualan truk dan alat berat semata. KOBX juga akan terus memperkuat pendapatan dari segmen usaha lainnya seperti jasa penyewaan alat berat dan gedung, jasa perbaikan, dan penjualan suku cadang.
Baca Juga: Permintaan stabil, Transkon Jaya (TRJA) optimistis kinerjanya lebih baik dari 2019
“Dengan menyediakan jasa sewa alat berat, kami berupaya untuk menjadi one stop solution bagi konsumen alat berat, di mana kami menyediakan opsi sewa sewa dengan layanan after service kesediaan suku cadang yang terjamin di 12 cabang kami di kota-kota besar di Indonesia,” ujar Martio.
Martio tidak menyebutkan lebih jauh seberapa besar proyeksi kontribusi pendapatan dari sektor non tambang dengan adanya strategi penguatan ini. Meski begitu, ia berujar bahwa pendapatan dari sektor non tambang belum akan mampu menutupi pendapatan di sektor pertambangan.
Adapun penguatan pendapatan di sektor non pertambangan hanya bertujuan untuk meminimalisir efek penjualan alat berat di sektor pertambangan yang melemah. Terlebih, penjualan alat berat di sektor pertambangan masih akan menjadi fokus utama perusahaan.
Di samping upaya untuk memperkuat pendapatan dari sektor non tambang, KOBX juga akan terus meningkatkan efisiensi usaha. Namun demikian, KOBX menegaskan bahwa efisiensi tersebut tidak akan mengurangi kualitas produk dan jasa yang diberikan oleh perusahaan.
Sampai tutup tahun nanti, KOBX memproyeksi akan mencatatkan penurunan pendapatan konsolidasi sekitar 30%-40% dibanding realisasi tahun lalu.
Baca Juga: Anak usaha INDF: Indo Agro restrukturisasi perusahaan dan aset bisnis gula di Brasil
Sebagai gambaran. berdasarkan laporan tahunan tahun 2019, pendapatan bersih KOBX tercatat sebesar US$ 71,46 juta di tahun 2019. Dus, hitungan Kontan.co.id, dengan asumsi penurunan 30%-40%, maka pendapatan bersih KOBX tahun ini diperkirakan berkisar US$ 42,87 juta - US$ 50,02 juta.
Sampai 30 Juni 2020 lalu, KOBX telah mencatatkan pendapatan bersih sebesar US% 23,18 juta, turun 39,03% dibanding pendapatan bersih semester I 2019 yang mencapai US$ 38,02 juta.
Seiring dengan penurunan pendapatan bersih, KOBX membukukan rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas pemilik induk alias rugi bersih sebesar US$ 4,04 juta di semester I 2020. Sebelumnya, KOBX masih mampu mencetak laba bersih sebesar US$ 1,04 juta pada semester I 2019 lalu.
Selanjutnya: Obat Covid-19 produksi Kalbe Farma (KLBF) dibanderol Rp 3 juta per vial
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News