Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Konflik yang memanas antara Amerika Serikat dan Iran telah membuat ketegangan dalam skala global. Kondisi itu menyulut harga minyak mentah dunia sehingga bergerak dinamis.
Namun, PT Pertamina (Persero) masih bergeming. Perusahaan minyak dan gas (migas) plat merah ini belum mengubah target dan rencana di tahun 2020, termasuk untuk mengakuisisi blok migas tahap produksi di timur tengah. Pasalnya, blok migas yang tengah diincar Pertamina berada di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA).
Baca Juga: Punya dana US$ 60 miliar, Indonesia jadi target pertama investasi DFC
Vice President Corporate Communications Pertamina Fajriyah Usman mengatakan, rencana akuisisi tersebut masih tetap berjalan. Hanya saja, Fajriyah bilang bahwa Pertamina tetap akan melakukan evaluasi komprehensif terhadap seluruh risiko, termasuk dengan mempertimbangkan risiko geopolitik.
"Pertamina terus mencari opportunity untuk memiliki portofolio produksi yang lebih besar dari status saat ini di luar negeri, termasuk di UEA," kata Fajriyah saat dihubungi Kontan.co.id, Jum'at (10/1).
Fajriyah mengatakan, Pertamina tetap akan mencermati keberlanjutan dan dampak konflik antara AS dan Iran. "Untuk konflik (AS vs Iran) kita lihat nanti kelanjutannya seperti apa. Semua pihak masih menunggu seperti apa kelanjutan konflik ini, kita harapkan adanya solusi terbaik," ungkapnya.
Dihubungi terpisah, Sekretaris Perusahaan Pertamina Tajudin Noor menjelaskan bahwa akuisisi blok migas produksi dibutuhkan untuk mengamankan pasokan minyak mentah ke kilang Pertamina. Meski begitu, ia menegaskan Pertamina tetap akan melakukan kajian secara komprehensif sebagai mitigasi risiko investasi.
Baca Juga: Kementerian ESDM buka opsi kontrak cost recovery untuk lelang WK Migas
"Mitigasi risiko menjadi hal yang melekat di setiap pengambilan keputusan investasi. Pasokan minyak mentah milik kita dari luar negeri menjadi penting untuk mengamankan pasokan ke kilang kita," jelas Tajudin.