kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Konsep hunian Coliving semakin popular di kalangan milenial


Selasa, 09 April 2019 / 16:19 WIB
Konsep hunian Coliving semakin popular di kalangan milenial


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Konsep ekonomi berbagi atau sharing telah mengubah dan membongkar tatanan dunia. Mulai dari layanan transportasi, ruang kerja hingga hiburan online, telah mengubah gaya hidup masyarakat modern. Konsep coliving atau berbagi ruang hidup semakin popular di kalangan milenial.

Peony Tang, Direktur PT. Setiawan Dwi Tunggal (SouthCity) mengatakan, keterasingan sosial akibat menjamurnya media sosial dan teknologi juga membuat hidup di komunitas besar dengan kamar tidur pribadi dan berbagi ruang bersama menjadi menarik.

"Coliving pada dasarnya adalah pandangan baru terhadap ide lama, yang dibayangkan oleh generasi milenial yang menghargai hal-hal seperti keterbukaan dan kolaborasi, jejaringsosial, dan ekonomi berbagi," kata Peony Tang dalam keterangan resminya, Selasa (9/4).

Banyak pengembang di negara maju seperti Cina, Hong Kong, dan Singapura memanfaatkan tren ini dengan membangun ruang coliving dengan kamar tidur dan kamar mandi pribadi kecil, tetapi ruang bersama yang besar dan fasilitas umum. Konsep ini ternyata digemari dan menjadi tren hunian baru.

Konsep coliving tak sekedar berabagi ruang dan fasilitas hidup. Dewasa ini, tren coliving juga meluas pengertiannya. Peony menjelaskan, hunian coliving merupakan bentuk hunian modern di mana penghuninya bukan hanya berbagi ruang dan fasilitas, tetapi juga berbagi minat, keterampilan, sumber daya, nilai, dan impian.

PT. Setiawan Dwi Tunggal juga mulai mengembangkan hunian dengan konsep coliving di Selatan Jakarta lewat proyek Apartemen The Parck , SouthCity. “Konsep coliving yang kami tawarkan berbeda dengan hunian lainnya. Kami memberi kesempatan bagi para penghuni untuk berkomunitas dan berkolaborasi, namun tetap mengutamakan kenyamanan. Ini adalah gagasan dari ide yang sudah ada, dirancang bagi kebutuhan generasi milenial yang cenderung menghargai keterbukaan, kolaborasi, jaring sosial, dan bisnis,“ujar Peony.

Menurut Peony, The Parc memberikan fasilitas bagi kaum milenial untuk berinteraksi dan berkolaborasi dengan penghuni lainnya, lewat fasilitas. Salah satunya coworking space dengan free Wi-Fi sehingga millenial bisa berkolaborasi serta berinteraksi dengan para penghuni The Parc yang tidak hanya dalam bekerja tetapi juga berteman dapat terwujud.

The Parc juga menyediakan berbagai keringanan pembayaran yang member peluang bagi kaum milenial untuk memiliki hunian yang nyaman dengan fasilitas lengkap. Salah satunya adalah dengan program Nabung DP.

“Melalui program ini, milenial hanya perlu mencicil DP 20% sebesar sekitar Rp 3,3 jutaan hingga 24 kali. Setelah itu dilanjutkan dengan mencicil KPA sebesarRp 3 juta per bulan, yang artinya dalam satu hari, para calon konsumen hanya perlu menyisakan Rp 99,000 per hari,” kata Associate Director SouthCity, Stevie Faverius Jaya.

The Parc, merupakan hunian vertical pertama seluas 1,5 hektare (ha) dalam kawasan SouthCity seluas 5,5 ha. Sejak mulai dipasarkan Juni 2018 lalu, The Parc sudah terjual sekitar 30%-40?ri total 392 unit di tower pertama. “Kami targetkan penjualan hingga 70% di tahun ini dan selanjutnya kami akan memasarkan tower kedua,” pungkas Stevie.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×