Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Konsolidasi bisnis dan organisasi terus dilakukan oleh PT Perkebunan Nusantara III (Persero) atau PTPN Group selaku induk Holding BUMN Perkebunan.
Direktur Utama PTPN III Muhammad Abdul Gani mengatakan, sebelum konsolidasi mulai dilakukan, PTPN III selaku induk holding perkebunan memiliki beberapa anggota dari PTPN I sampai XIV yang memproduksi berbagai macam komoditas tanaman.
Kali ini, konsolidasi coba dilakukan yang mana PTPN akan lebih fokus pada bisnis komoditas terkait sawit dan gula. Salah satu upayanya adalah membentuk Palm Co sebagai subholding di bidang sawit.
Palm Co sendiri terdiri dari beberapa unit usaha PTPN di bidang sawit dan PTPN di bidang karet. Nantinya, PTPN juga akan melakukan konversi tanaman karet menjadi sawit sebagai bagian dari konsolidasi bisnis tersebut.
“Saat ini proses pembentukan Palm Co masih berlangsung. Paling lambat Oktober nanti selesai, kami masih butuh PP (Peraturan Pemerintah) untuk pembentukan subholding ini,” kata Gani di Gedung Kementerian BUMN, Senin (22/8).
Baca Juga: Ekspansi ke Bisnis Properti, Kinerja PTPN II Semakin Solid
Lantas, PTPN juga berencana membawa Palm Co untuk melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui penawaran umum saham perdana alias Initial Public Offering (IPO). Aksi korporasi itu ditargetkan dilaksanakan pada kuartal kedua atau ketiga tahun 2023 mendatang.
Sebenarnya, target tersebut mundur, lantaran sebelumnya IPO Palm Co ditargetkan terlaksana pada tahun ini. Maklum, proses pembentukan subholding tersebut ternyata bukan perkara mudah mengingat jumlah unit PTPN yang cukup banyak.
Pihak PTPN mengincar dana sekitar Rp 5 triliun sampai Rp 10 triliun dari agenda IPO Palm Co di tahun depan. Sejumlah lembaga dari dalam dan luar negeri bakal menjadi penasehat finansial untuk pelaksanaan IPO tersebut, misalnya Mandiri Sekuritas dan McKinsey.
Dana hasil IPO tersebut rencananya akan dipakai untuk pengembangan bisnis Palm Co, terutama peningkatan jumlah lahan dan kemampuan produksi.
Saat ini, PTPN memiliki lahan perkebunan sawit sekitar 500.000 hektare (Ha). Sedangkan produksi Crude Palm Oil (CPO) PTPN setara 6%-7% dari total produksi CPO nasional.
“Tahun 2030 nanti kami targetkan bisa memiliki lahan seluas 700.000 Ha, karena ada tambahan lahan dari konversi tanaman karet ke sawit. Dengan begitu, kami bisa menjadi perusahaan sawit terbesar di dunia,” ungkap Gani.
Baca Juga: Usai Proses Spin Off Rampung, Bio Farma Intip Peluang IPO
Tak hanya itu, konsolidasi juga dilakukan PTPN melalui pembentukan Sugar Co sebagai subholding di bisnis gula. PTPN awalnya memisahkan 36 pabrik gula yang berada di perusahaan tersebut, kemudian pabrik gula tadi dialihkan ke dalam perusahaan baru yakni Sugar Co.
Saat ini, proses konsolidasi pabrik gula udah hampir rampung, di mana bulan Oktober nanti diharapkan tahap spin off bisa segera terlaksana.
“Tapi untuk Sugar Co mungkin tidak secepat Palm Co untuk melakukan IPO. Kami fokuskan konsolidasi dulu untuk meningkatkan kapasitas produksi gula yang ada di PTPN,” terang dia.
Dalam berita sebelumnya, konsolidasi PTPN melalui Sugar Co diharapkan dapat meningkatkan produksi gula sebanyak 2,25 kali lipat menjadi 2,6 juta ton per tahun di tahun 2030 mendatang. Di tahun yang sama, diharapkan total lahan tebu PTPN meningkat 65% menjadi 248.000 Ha.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News