Reporter: Fitri Nur Arifenie |
JAKARTA. PT PLN (Persero) meloloskan konsorsium J-Power, Itochu dan PT Adaro Energy Tbk (ADRO) sebagai calon pemenang tender pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Jawa Tengah berkapasitas 2x1.000 megawatt (MW).
Pasalnya konsorsium tersebut mengajukan harga paling rendah dibandingkan dengan kandidat lainnya. "Dalam tender tersebut, ditetapkan JPower yang berkonsorsium dengan Itochu dan Adaro sebagai yang memenuhi syarat dan dengan harga yang sangat baik yakni US$ 5,79 sen per kWh," ujar Direktur Utama PLN, Dahlan Iskan kepada KONTAN, Rabu (25/5).
Menurut Dahlan, PLN cukup lega dengan tawaran harga Adaro. Sebelumnya, berdasarkan perkiraan PLN, harga listrik PLTU Jawa Tengah tersebut mencapai US$ 6,5 sen per kWh. "Harga Patokan Sendiri (HPS) kita tetapkan US$ 7,1 sen per kWh. Dengan harga tersebut maka PLTU makin murah," ungkap Dahlan.
Dahlan melanjutkan, penetapan J-Power sebagai pemenang lelang tinggal menunggu selesainya masa sanggahan dari peserta lain serta menunggu pemeriksaan terhadap angka-angka di dalam harga tersebut.
Tender bersejarah yang awalnya diikuti oleh belasan perusahaan internasional ini pada akhirnya hanya menyisakan 7 perusahaan yang memenuhi syarat, yakni 3 perusahaan Jepang, 3 perusahaan Tiongkok dan satu perusahaan dari Korsel. Namun saat penutupan tender 29 April lalu hanya empat perusahaan yang memasukkan penewaran, yakni Yudian dan Shenhua (Tiongkok), Marubeni dan J-Power (Jepang).
"Tender ini bersejarah karena inilah proyek PPP (Public Private Partnership) pertama Indonesia yang berhasil dilelangkan. Pemerintah sangat mendorong diadakannya proyek-proyek PPP namun sejauh ini masih banyak hambatan. Dengan berhasilnya lelang PLTU Jateng 2x1000 MW ini, diharapkan proyek-proyek PPP lainnya seperti Bandara, Jalan Toll dan Jalan Kerata Bandara bisa mengikuti sukses PLN ini," kata Dahlan.
Dari sisi PLN proyek ini juga sangat bersejarah karena inilah unit terbesar PLTU yang pernah ada di Indonesia. “Selama ini Indonesia belum punya unit PLTU yang ukurannya satu unit sampai 1.000 MW. “Selama ini yang terbesar adalah 660 MW, seperti yang ada di Tanjung Jati dan Paiton," jelas Dahlan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News