Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .
Iwa menaksir, potensi kerugian PLN akibat penurunan konsumsi listrik ini berkisar di angka Rp 6,3 triliun dalam satu Kuartal. "Angka pastinya belum ada hitungannya, perlu data lagi untuk lebih akurat. Tapi kerugian bisa Rp 6,3 triliun per kuartal, bisa lebih dari itu," kata Iwa.
Kas PLN pun akan semakin terbebani. Sebab, pemerintah telah menerbitkan kebijakan berupa insentif tagihan listrik. Yakni dengan membebaskan biaya selama tiga bulan untuk pelanggan golongan 450 Volt Ampere (VA) dan potongan 50% bagi pelanggan 900 VA subsidi.
Menurut Iwa, salah satu acara untuk mengurangi beban keuangan PLN ialah dari sisi biaya bahan bakar, khususnya untuk pembelian minyak dan gas yang saat ini harganya sedang turun di pasaran. Apalagi, pemerintah juga sudah mengeluarkan aturan tentang harga gas US$ 6 per mmbtu untuk kelistrikan PLN. "Dengan begitu akan memberikan kontribusi positif bagi PLN," ungkap Iwa.
Sebagaimana yang telah diberitakan Kontan.co.id, dalam periode Kuartal I ini, realisasi penjualan listrik PLN sebanyak 61,15 Terawatt Hour (TWh). Jumlah itu memang masih tumbuh 4,61% dibanding realisasi pada Kuartal I 2019 yang sebesar 58,46 TWh.
Baca Juga: Ada peluang diskon tarif listrik untuk pelanggan PLN 1.300 VA
Namun, pertumbuhan penjualan listrik PLN melambat seiring dengan konsumsi listrik yang merosot akibat pandemi Corona. Pada Kuartal I 2019, penjualan listrik PLN masih bisa tumbuh 5,49% dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.
Penurunan konsumsi listrik terutama terjadi di segmen pelanggan bisnis dan industri. Hingga Kuartal I, konsumsi listrik di segmen bisnis hanya tumbuh 4,07%. Segmen industri lebih parah, karena hanya mampu tumbuh sebesar 0,13%.