Reporter: Muhammad Julian | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga Batubara Acuan (HBA) melemah di bulan Maret 2021. Kementerian ESDM mengatakan, HBA untuk perdagangan bulan Maret 2021 turun US$ 3,3 per ton menjadi US$ 84,49 per ton.
Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi mengatakan, penurunan HBA berdasar pada pertimbangan akan lesunya konsumsi listrik di China yang berdampak pada minimnya permintaan batubara ke negara tersebut.
"Setelah berakhirnya perayaan tahun baru imlek dan menjelang berakhirnya musim dingin, konsumsi listrik di pusat-pusat bisnis China mulai lesu," ujar Agung dalam keterangan tertulis yang diterima Kontan.co.id, Selasa (2/3).
Lebih lanjut, Agung menambahkan bahwa penurunan konsumsi listrik dibarengi dengan kebijakan untuk meningkatkan produksi batubara domestik di negara-negara tujuan ekspor. Hal ini dijumpai pada China dan India.
Baca Juga: Insentif hilirisasi batubara diprediksi terealisasi semester II-2021
"Baik Pemerintah Tiongkok dan India mendorong peningkatan produksi batubara dalam negeri untuk mengimbangi kebijakan relaksasi impor batubara kedua negara tersebut," imbuh Agung.
Sedikit informasi, selain faktor demand and supply, perhitungan nilai HBA juga diperoleh dari rata-rata empat indeks harga batubara dunia, yaitu Indonesia Coal Index (ICI), Newcastle Export Index (NEX), Globalcoal Newcastle Index (GCNC), dan Platt's 5900 pada bulan sebelumnya.
Nilai HBA dipergunakan pada penentuan harga batubara pada titik serah penjualan secara Free on Board di atas kapal pengangkut (FOB Vessel).
Penurunan HBA pada bulan Maret 2021 merupakan kali pertama dalam lima bulan terakhir. Asal tahu, sebelumnya HBA mengalami kenaikan cukup signifikan akibat tekanan kuat akibat pandemi Covid-19.
Tercatat, HBA naik dari semula US$ 51 per ton pada Oktober 2020 kemudian naik berturut-turut menjadi US$ 55,71 per ton pada bulan November 2020, US$ 59,65 per ton di bulan Desember 2020, US$ 75,84 per ton pada bulan Januari 2021, dan US$ 97,79 per ton di Februari 2021.
"Setelah hampir setengah tahun mengalami reli, HBA terjadi koreksi," pungkas Agung.
Selanjutnya: Banyak kendala, membuat perusahaan ragu berinvestasi energi baru dan terbarukan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News