kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Konsumsi tekstil dalam negeri berpotensi naik


Senin, 16 Januari 2012 / 10:15 WIB
Konsumsi tekstil dalam negeri berpotensi naik
ILUSTRASI. Melemah tipis, berapa kurs dollar-rupiah Bank Mandiri, hari ini Selasa 2 Februari?. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/aww.


Reporter: Sofyan Nur Hidayat | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. Konsumsi tekstil dan produk tekstil (TPT) di Indonesia diperkirakan bisa meningkat. Asosiasi Produsen Synthetic Fiber Indonesia (APSyFI) memproyeksikan, konsumsi TPT tahun ini bisa mencapai 6,5 kilogram (kg) per kapita per tahun, naik dari tahun lalu sebesar 6,03 kg.

Redma Gita Wirawasta, Sekretaris Jenderal APSyFI mengatakan, pertumbuhan konsumsi tekstil terjadi karena pertumbuhan ekonomi yang diprediksi mencapai 6,5%, dan inflasi yang terjaga di level 5%. "Daya beli masyarakat naik," kata Redma di Jakarta, Minggu (15/1).

Namun, kenaikan konsumsi TPT itu bisa terganggu jika pemerintah menjalankan aksi pembatasan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang bisa memicu inflasi. "Inflasi tinggi daya beli masyarakat akan tertekan," terang Redma.

Tahun 2011, konsumsi tekstil di dalam negeri mencapai 1,49 juta ton naik 9,4% dari tahun sebelumnya. Sementara nilai konsumsi tahun lalu mencapai US$ 11,91 miliar dengan pangsa pasar domestik 66,5% dan produk impor resmi sekitar 9,3%. Sisanya sebesar 24,3% dikuasai oleh produk ilegal.

Redma menambahkan, jika tahun ini terjadi kenaikan konsumsi TPT menjadi 6,5 kg per kapita, maka potensi pasar TPT di dalam negeri bisa mencapai US$ 13,52 miliar

Konsumsi tekstil di Indonesia lebih banyak di serap masyakat kelas menengah yang jumlah sangat besar. Sedangkan masyarakat kelas atas jumlahnya sedikit meskipun belanja tekstilnya besar.

Sementara itu, analisis dari Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Suderajat menyebutkan, konsumsi tekstil warga miskin di Indonesia hanya 1 kg per tahun. Sementara untuk warga kaya bisa 36 kg per tahun. "Perbedaan konsumsi tekstilnya sangat jauh," kata Ade.

Ade sendiri optimistis konsumsi tekstil di dalam negeri masih tinggi pada tahun ini dengan konsumsi 6,5 kg per kapita per tahun. Sementara pasar ekspor tetap tumbuh tapi tidak akan terlalu besar. API menargetkan ekspor tahun ini US$ 13,6 miliar atau hanya naik 3,84% dari realisasi tahun lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×