kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Industri tekstil bersinar dibawah ancaman krisis global


Selasa, 03 Januari 2012 / 10:18 WIB
Industri tekstil bersinar dibawah ancaman krisis global
ILUSTRASI. ilustrasi. Menu Toyota Avanza di lelang mobil JBA Selasa (26/1), harga mulai Rp 50 juta


Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. Asosiasi Pertekstilan Indonesia memperkirakan ekspor pakaian dari Indonesia akan tetap positif walaupun ada ancaman dari krisis global. Hal tersebut disampaikan oleh Ade Sudrajat, Ketua API dalam perbincangannya dengan KONTAN (2/1).

Ade menjelaskan, Indonesia termasuk dari lima negara yang tidak mengalami penurunan ekspor pakaian selain Vietnam, Kamboja, Bangladesh dan juga India. Kenaikan kinerja ekspor pakaian Indoensia terjadi karena pakaian dari Nunsatra memiliki daya saing lebih baik dari negara lainnya.

Ade bilang, dengan berbagai keunggulan, pakaian dari Indonesia tetap menjadi pilihan bagi warga dari AS dan Eropa. "Tahun 2012, tujuan pasar pakaian kami tetap untuk negara itu, tapi tentu saja kami harus waspada dengan krisis global," terang Ade.

Hal senada juga disampaikan oleh Ernovian G Ismy, Sekretaris Jenderal API. Ia menyebutkan, waluapun saat ini pasar ekspor pakaian Indonesia belum banyak terpengaruh krisis global, namun ia berharap semua pihak bisa mewaspadai terjadinya perlambatan pertumbuhan ekspor.

Ia memperkirakan, krisis global beropetensi memperlambat pertumbuhan ekspor pakaian dari Indonesia. "Target semula ekspor kesana naik 20%, tapi mungkin terelealisasi hanya 10% sampai 15% saja," kata Ernovian.

Karena itu, ia menghimbau agar pemerintah mewaspadai gejala krisis ekonomi Eropa dan AS. Ia meminta pemerintah menghentikan kebijakan yang akan menghambat kinerja ekspor terutama untuk pakaian. Selain itu, ia juga ingin ada penerapan tarif pelabuhan lebih rendah dan mempermudah pasokan energi ke pabrik mereka. "Pemerintah harus memberikan dorongan, agar kinerja ekspor lebih baik dimasa yang akan datang," pungkasnya.

Dalam hitungan dari Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor ekspor pakaian jadi bulan November mencapai US$ 296,9 juta, atau naik sebesar 5,47% dibandingkan dengan bulan Oktober 2011 yang hanya mencapai US$ 281,5 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×