Reporter: Abdul Wahid Fauzie | Editor: Test Test
JAKARTA. Daya serap terigu di dalam negeri makin melorot. Sepanjang delapan bulan pertama 2008, konsumsinya terus terpangkas rata-rata 20%.
Direktur Eksekutif Asosiasi Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) Ratna Sari Loppies mengatakan, selama Agustus saja penjualan terigu terpangkas 18% dibanding periode sama 2007. Persisnya menjadi 246.000 ton dari 300.000 ton. "Pelemahan ini terjadi sepanjang delapan bulan terakhir," katanya, Rabu (24/9).
Menurut Ratna, penurunan ini terjadi akibat pelemahan daya beli Industri Mikro Kecil dan Menengah (IMKM) sebagai konsumen terbesar terigu. Bahkan, banyak IMKM yang selama ini memakai terigu telah gulung tikar. "Saya belum tahu berapa banyak yang kolaps," katanya.
Kamar Dagang dan Industri (Kadin) sebelumnya menegaskan, sudah ada 4.000 IMKM yang kolaps lantaran kenaikan suku bunga Bank Indonesia. Kenaikan suku bunga ini membuat IMKM semakin kesulitan meminjam ke bank lantaran patokan suku bunganya mencapai 25%.
Industri terigu makin lesu karena harga terigu di pasar nasional mulai kuartal kedua 2008 turun. Hal itu karena harga gandum dunia, yang mengekor harga minyak mentah, terus merosot. Menurut Ratna, penurunan harga tepung terigu berkisar antara 3%-5% dari Rp 171.000 per sak, menjadi Rp 168.000 per sak.
Wakil Direktur Utama PT Indofood Sukses Makmur Franciscus Welirang menambahkan, harga terendah terigu mencapai Rp 5.500 hingga Rp 5.600 per kilogram dari Rp 7.200. "Harganya jauh menurun," katanya.
Franciscus juga membenarkan konsumsi terigu melorot. "Semester I 2008 turun 10%," tuturnya. Penurunan ini membuat industri makanan di paruh pertama 2008 anjlok 3,4%. Namun, ia optimistis permintaan terigu akan naik menjelang Lebaran.