kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45909,31   7,91   0.88%
  • EMAS1.354.000 1,65%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kontainer alami kelangkaan, kegiatan ekspor jadi terhambat


Kamis, 03 Desember 2020 / 18:56 WIB
Kontainer alami kelangkaan, kegiatan ekspor jadi terhambat
ILUSTRASI. Angkutan Logistik. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/15/11/2020


Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ditengah pandemi covid-19 para pelaku usaha sedang dihadapkan pada permasalahan kelangkaan kontainer dan keterbatasan ruang atau space di kapal.

Sekjen Indonesia Maritime, Logistic and Transportation Watch (IMLOW) Achmad Ridwan Tentowi mengungapkan, hal tersebut mengakibatkan terjadinya kenaikan harga pengiriman logistik dari Indonesia ke Amerika dan negara Eropa. 

"Permasalahan utamanya adalah kelangkaan peti kemas/kontainer untuk ekspor yang bukan hanya terjadi di Indonesia tapi secara global," kata Ridwan kepada kontan.co.id, Kamis (3/12).

Selain itu, adanya penurunan importasi barang konsumsi selain karena daya beli masyarakat menurun juga mulai banyaknya masyarakat yang menggunakan produk dalam negeri. "Turunnya impor bahan baku disebabkan oleh turunnya permintaan ekspor untuk produk manufaktur," ujar Ridwan.

Menurut Ridwan, menurunnya pembelian di pasar global menyebabkan utilisasi banyak pabrikan juga mengalami penurunan. Selain daripada hal tersebut dengan menurunnya impor dalam Pertikemas/Kontainer menyebabkan kekurangan Petikemas/Kontainer untuk ekspor. 

"Hal ini bukan hanya terjadi di Indonesia saja, tapi terjadi di seluruh  dunia.  Pada saat ini defisit jumlah petikemas untuk memenuhi kegiatan logistik global berdampak baik kepada eksportir, importir dan seluruh stakeholder pelayaran," jelasnya.

Ridwan menyebut, bila peti kemasnya langka tentu akan ada penumpukan barang digudang, selain dari pada itu ada beberapa destinasi tertentu yang oleh pelayarannya stop booking, untuk menghindari penumpukan peti kemas full di pelabuhan transhipmen.

Baca Juga: Kontainer langka, biaya ekspor impor membengkak

Ia juga mendesak pemerintah agar mempercepat pemusnahan limbah plastik yang menumpuk di pelabuhan-pelabuhan yang ada di Indonesia, terutama di pelabuhan Tanjung Priok agar kontainernya bisa dimanfaatkan untuk kegiatan ekspor. "Kontainer limbah plastik kemaren ada ribuan di tanjung priok yang harus dimusnahkan, dipercepat pemusnahannya, pemerintah membantu mempercepat pemusnahannya, agar kontainer tersebut bisa dipakai oleh pelayaran lagi untuk kegiatan ekspor kembali" imbuh Ridwan.

Hal yang sama diungkapkan Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (Himki) yang mengeluhkan kelangkaan kontainer dan keterbatasan ruang di kapal saat ingin mengekspor. Hal ini menyulitkan pebisnis mebel dalam mengekspor.

Ketua Presidium Himki Abdul Sobur memaparkan, dari total 10-15 kontainer per minggu yang dibutuhkan, hanya 5-6 kontainer saja yang tersedia. Selanjutnya, untuk eksportir besar, dari kebutuhan 100 kontainer per minggu hanya bisa mendapatkan 25-50 kontainer saja. Kelangkaan kontainer telah mengerek naiknya harga freight hingga 5x lipat lebih.

"Keterbatasan ruang di kapal membuat eksportir terkena demurage, sehingga sebagian terpaksa membatalkan ekspor dan membongkar kembali kontainer. Apabila kondisi tersebut terus berlanjut, ujung-ujungnya mereka gagal ekspor dan berakibat terkena wanprestasi dan kena penalti, karena tidak bisa memenuhi kontrak sesuai jadwal,” jelas Sobur.

Selain itu, masalah kelangkaan dan naiknya harga kontainer juga akan berdampak signifikan terhadap pengurangan jam operasional industri dan tentunya berdampak pada maiknya biaya pengiriman barang ke sejumlah destinasi ekspor dari Indonesia, tidak terkecuali untuk produk mebel dan kerajinan.

Untuk kenaikan harga, di Intra-Asia atau general rate increase (GRI) sebesar US$ 150 per 20DC dan US$ 200/40/4HDC, yang efektif berlaku 1 Desember 2020. Kontainer untuk ke Eropa naik sebesar US$ 2.509 menjadi US$ 6.800. Untuk ke Amerika Serikat, saat ini harga lontainer sekitar US$ 8.000/40.

"Untuk proses ekspor tidak ada biaya demurrage, pelayaran akan release DO jika sudah confirm equipment dan ruang di kapal. Kalau di pelabuhan transhipment di rollover, biaya storage di transhipment port akan menjadi tanggung jawab pelayaran," katanya.

Sobur menyebut, saat ini, kebanyakan pelayaran memberikan harga ocean freight per kapal, bukan lagi rate valid per bulan. Untuk mengulangi penimbunan full container di transhipment port, beberapa pelayaran sudah menghentikan pemesanan untuk destinasi tertentu. “Kenaikan rate sangat tinggi sekali dan seakan tak terkendali. Ini sangat menyulitkan dunai usaha,” ujar Sobur.

Sobur mengatakan, penyebab dari kelangkaan kontainer antara lain turunnya operasional di transshipment port yang belakangan ini hanya 50%. Selain itu, hal itu akibat menurunnya volume impor. Kelangkaan kontainer ini hampir terjadi di semua pelabuhan, termasuk Medan dan Tanjung Emas, terutama untuk tujuan ekspor ke Asia.

Untuk itu pihaknya berharap kepada pemerintah untuk segera turun tangan menyelesaikan permasalahan ini, dan bisa memberikan solusi untuk membantu eksportir Indonesia. "Kami mengharapkan pemerintah bisa membantu memberikan solusi utk membantu ekaportir Indonesia," ungkap Sobur.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) Indroyono Soesilo mengungkapkan, data per Oktober, biaya pengiriman untuk ekspor ke Eropa dan ke AS alami kenaikan.

"Sejak bulan Mei-Juni 2020, ekspor drop, salah satunya karena tidak ada kontainer. Ekspor mulai rebound sejak Agustus dan pada November ekspor industri kehutanan minus 4,9% (yoy) dibanding November 2019 untuk seluruh dunia, ekspor ke seluruh dunia sampai November 2020 capai US$ 10,1 miliar," jelas Indroyono.

Dengan adanya kenaikan biaya pengiriman barang, hal tersebut berdampak pada terjadinya kenaikan biaya produk yang di ekspor keluar negeri. "Saya tidak pernah hitung harga pengiriman. Yang jelas devisa ekspor ke USA dan ke EU naik," ujar Indroyono.

Selanjutnya: Kontainer langka, biaya ekspor impor membengkak

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×