Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Handoyo .
Selain itu, masalah kelangkaan dan naiknya harga kontainer juga akan berdampak signifikan terhadap pengurangan jam operasional industri dan tentunya berdampak pada maiknya biaya pengiriman barang ke sejumlah destinasi ekspor dari Indonesia, tidak terkecuali untuk produk mebel dan kerajinan.
Untuk kenaikan harga, di Intra-Asia atau general rate increase (GRI) sebesar US$ 150 per 20DC dan US$ 200/40/4HDC, yang efektif berlaku 1 Desember 2020. Kontainer untuk ke Eropa naik sebesar US$ 2.509 menjadi US$ 6.800. Untuk ke Amerika Serikat, saat ini harga lontainer sekitar US$ 8.000/40.
"Untuk proses ekspor tidak ada biaya demurrage, pelayaran akan release DO jika sudah confirm equipment dan ruang di kapal. Kalau di pelabuhan transhipment di rollover, biaya storage di transhipment port akan menjadi tanggung jawab pelayaran," katanya.
Sobur menyebut, saat ini, kebanyakan pelayaran memberikan harga ocean freight per kapal, bukan lagi rate valid per bulan. Untuk mengulangi penimbunan full container di transhipment port, beberapa pelayaran sudah menghentikan pemesanan untuk destinasi tertentu. “Kenaikan rate sangat tinggi sekali dan seakan tak terkendali. Ini sangat menyulitkan dunai usaha,” ujar Sobur.
Sobur mengatakan, penyebab dari kelangkaan kontainer antara lain turunnya operasional di transshipment port yang belakangan ini hanya 50%. Selain itu, hal itu akibat menurunnya volume impor. Kelangkaan kontainer ini hampir terjadi di semua pelabuhan, termasuk Medan dan Tanjung Emas, terutama untuk tujuan ekspor ke Asia.
Untuk itu pihaknya berharap kepada pemerintah untuk segera turun tangan menyelesaikan permasalahan ini, dan bisa memberikan solusi untuk membantu eksportir Indonesia. "Kami mengharapkan pemerintah bisa membantu memberikan solusi utk membantu ekaportir Indonesia," ungkap Sobur.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) Indroyono Soesilo mengungkapkan, data per Oktober, biaya pengiriman untuk ekspor ke Eropa dan ke AS alami kenaikan.
"Sejak bulan Mei-Juni 2020, ekspor drop, salah satunya karena tidak ada kontainer. Ekspor mulai rebound sejak Agustus dan pada November ekspor industri kehutanan minus 4,9% (yoy) dibanding November 2019 untuk seluruh dunia, ekspor ke seluruh dunia sampai November 2020 capai US$ 10,1 miliar," jelas Indroyono.
Dengan adanya kenaikan biaya pengiriman barang, hal tersebut berdampak pada terjadinya kenaikan biaya produk yang di ekspor keluar negeri. "Saya tidak pernah hitung harga pengiriman. Yang jelas devisa ekspor ke USA dan ke EU naik," ujar Indroyono.
Selanjutnya: Kontainer langka, biaya ekspor impor membengkak
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News