kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kontrak KPC dan Arutmin mengambang, BIPI hati-hati ekspansi


Rabu, 27 November 2019 / 19:17 WIB
Kontrak KPC dan Arutmin mengambang, BIPI hati-hati ekspansi
ILUSTRASI. Suasana kantor PT Astrindo Nusantara Infrastruktur Tbk di Jakarta, Kamis (31/10).


Reporter: Dimas Andi | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Astrindo Nusantara Infrastruktur Tbk (BIPI) masih menimbang-nimbang potensi ekspansi bisnis di tahun depan. Sejatinya, perusahaan sudah memiliki 10 pipeline proyek yang akan digarap.

Direktur BIPI Michael Wong menyampaikan, proyek-proyek tersebut meliputi pembangunan infrastruktur dan penambahan alat tambang seperti crusher dan overland conveyor. Perusahaan juga punya rencana pembangunan pelabuhan khusus batubara dan pembangkit listrik. Mayoritas pipeline proyek tersebut terletak di kawasan Kalimantan.

Baca Juga: Pelabuhan batubara BIPI di Sumsel akan beroperasi pertengahan 2020

Sejauh ini, proyek-proyek tersebut masih dalam tahap kajian dan uji kelayakan di lapangan. BIPI juga masih mempertimbangkan segala kemungkinan yang terjadi, termasuk mengenai kontrak izin pertambangan milik PT Arutmin Indonesia dan PT Kaltim Prima Coal yang akan segera berakhir masing-masing pada tahun 2020 dan 2021. Kedua perusahaan ini merupakan klien terbesar bagi BIPI.

Kondisi ini membuat BIPI lebih berhati-hati mengeksekusi proyek tersebut. "Kami masih menunggu kepastian kontrak KPC dan Arutmin. Kalau belum pasti, kami fokus pada bisnis yang ada dulu," ujar Michael ketika ditemui Kontan, Rabu (27/11).

Lebih lanjut, jika proyek-proyek tersebut jadi dilaksanakan, Michael memperkirakan dana belanja modal atau capital expenditure (capex) yang dibutuhkan minimal bisa mencapai US$ 200 juta.

Sekadar catatan, di luar pipeline proyek tersebut, BIPI sedang fokus menyelesaikan proyek pelabuhan batubara di Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan.

Baca Juga: Astrindo Nusantara Infrastruktur (BIPI) kejar pendapatan US$ 64 juta di akhir 2019

BIPI sudah menyelesaikan infrastruktur utama pelabuhan batubara tersebut. Namun, perusahaan masih perlu membangun akses tambahan untuk menuju pelabuhan. Ini mengingat kendaraan tambang batubara tidak diperbolehkan melintasi jalan raya provinsi oleh Pemda Sumsel.

Lantas, pihak BIPI menargetkan operasional pelabuhan batubara di Sumsel akan berlangsung di pertengahan tahun depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×