kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45905,64   -21,09   -2.28%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

KPC: Penyebab Banjir Sangatta Curah Hujan Tinggi dan Naiknya Air Pasang


Kamis, 24 Maret 2022 / 13:33 WIB
KPC: Penyebab Banjir Sangatta Curah Hujan Tinggi dan Naiknya Air Pasang
ILUSTRASI. KPC memastikan, pengelolaan air tambang masih sesuai aturan yang dipersyaratkan, baik baku mutu kualitas air maupun debit air keluaran menuju sungai sebagai badan penerima.


Reporter: Khomarul Hidayat | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Banjir melanda di Sangatta, Kutai Timur Kalimantan Timur. PT Kaltim Prima Coal (KPC) menampik tudingan sebagai penyebab banjir Sangatta.

GM External Affairs and Sustainable Development KPC Wawan Setiawan mengatakan, pada tanggal 18-20 Maret 2022, ada dua kondisi yang memicu banjir besar, di daerah aliran sungai (DAS) Sangatta. Yakni curah hujan yang sangat tinggi mencapai 167 mm/hari dan air pasang yang naik mencapai lebih dari 2,5 meter.

Hal ini membuat air hujan yang deras tidak dapat mengalir ke laut dan membanjiri sepanjang sempadan sungai Sangatta.

"Pantauan kami di outlet PSS Bendili, justru air dari arah sungai Sangatta masuk ke sungai Bendili dan tertahan lama tidak mengalir keluar sehingga volume lebih besar dari biasanya," kata Wawan dalam keterangan tertulis, Rabu (24/3).

Baca Juga: Luas Lahan Menciut, Kaltim Prima Coal Tetap Pertahankan Target Kinerja

Wawan menegaskan, anggapan bahwa luas area bukaan KPC sangat mungkin meningkatkan volume air menuju sungai dan menyebabkan banjir saat hujan terjadi tidaklah benar.

Ia menyebutkan, seluruh air hujan yang jatuh ke area terbuka KPC telah ditampung di kolam-kolam pengendap dan dikontrol baik kualitas maupun kuantitas airnya. Selain melakukan pengelolaan air tambang, KPC juga melakukan reklamasi lahan bekas tambang secara progresif.

Dari 32.542 hektare lahan yang ditambang, sebanyak 13.267 hektar (40,77%) telah direklamasi kembali. "Sejak tahun 2014 luasan target reklamasi KPC selalu di atas 1.000 hektare," ujar Wawan.

Ia juga memastikan, pengelolaan air tambang masih sesuai aturan yang dipersyaratkan, baik baku mutu kualitas air maupun debit air keluaran menuju sungai sebagai badan penerima. Hal ini telah dicek secara langsung oleh DLH Kutai Timur dan telah diambil sampel di titik penaatan kolam tambang KPC untuk uji laboratorium.

Demikian juga dengan debit air yang keluar menuju sungai Sangatta, masih di bawah standar, seperti Kolam PSS Bendili debit maksimal yang boleh keluar adalah 10,56 m2/detik. Namun pada saat banjir tanggal 19-20 Maret 2022, debit yang keluar hanya 5,05 m2/detik.

Di kolam J Void, debit yang keluar sebanyak 6,12 m2/detik dari 15,6 m2/detik yang diperbolehkan.

Menurut Wawan, catchment area tambang KPC, hanya menyumbang 6,06% dari total luas DAS Sangatta, sehingga kontribusi untuk pembentukan volume air dari wilayah terganggu KPC ke sungai Sangatta juga tergolong kecil.

"Dan yang pasti, seluruh area tangkapan air di tambang KPC tertampung di kolam- kolam pengendap berizin dan dilakukan treatment kualitas dan kuantitas airnya," imbuhnya.

Untuk DAS Sangatta, ada tujuh kolam yang seluruh baku mutu, kualitas air dan debitnya memenuhi baku mutu ijin kolam; yaitu Kolam Marsawa, Cempaka, PSS, Melawai 2, WQ27D, WQ27F, WQ33. Semua kolam ini berjalan normal saat banjir terjadi dan tidak ada yang jebol bangunan airnya seperti issue yang berkembang di media sosial.

Wawan menambahkan, karyawan KPC dan kontraktornya saat ini berjumlah 27.000 lebih dan jika ditambah keluarga, maka totalnya sekitar 81.000 jiwa.

"Mayoritas karyawan tinggal di Sangatta dan Bengalon, yang mana kami juga mengkonsumsi air Sungai Sangatta dan Bengalon. Untuk itu kami menjaga kualitas air Sangatta dan Bengalon seperti halnya menjaga keluarga dan diri kami sendiri," ujarnya.

Baca Juga: Anak usaha Bumi Resources (BUMI) Memperoleh Perpanjangan IUPK Untuk 10 Tahun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×