Reporter: Benediktus Krisna Yogatama | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Perusahaan baja PT Krakatau SteelĀ Tbk (KRAS) mengaku tertekan dengan adanya kenaikan kurs dollar. Pasalnya hampir seluruh bahan baku dan proses produksi perusahaan menggunakan kurs dollar.
Irvan Kamal Hakim, Direktur Utama KRAS mengatakan bahwa fluktuasi nilai tukar rupiah dibandingkan dollar dengan tren dollar yang terus menguat, membuat perusahaan tertekan. "Bahan baku kami beli dollar, dan rangkaian produksi kami ongkosnya banyak yang menggunakan dollar," ujar Irvan pada KONTAN, Senin (9/3).
Ia mengatakan bahan baku dasar produksi besi baja yaitu biji besi masih sebagian besar impor dari Rusia, maupun Australia. Indonesia memang memiliki biji besi, namun tidak memiliki kandungan ferum yang mencukupi standar untuk produksi baja.
Selain itu di bagian proses produksi perusahaan memerlukan gas alam baik sebagai feedstock maupun sebagai bagian dari rangkaian produksi. "Kami beli gas dari Pertamina EP, dan Perusahaan gas negara, semuanya menggunakan kurs dollar," ujar Irvan.
Ia mengatakan biaya energi mengantongi 25% dari total beban produksi. Sementara bahan baku mengantongi 60% dari total beban produksi. "Industri baja di hulu khususnya makin terbebani oleh kenaikan kurs dollar ini," ujar Irvan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News