Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) meyakini permintaan baja tahun ini akan meningkat. Salah satu pendorong peningkatan ini yaitu adanya proyek pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN).
Direktur Utama Krakatau Steel Purwono Widodo mengatakan, pada 2024 ini, proyeksi permintaan baja akan mengalami peningkatan lebih lanjut sebesar 1,9% atau menjadi 18,49 juta metrik ton.
"Prospek permintaan baja di Indonesia diperkirakan masih akan tumbuh positif sebesar 5,2-5,3% pada 2024 mendatang," kata Purwono kepada Kontan.co.id, Selasa (9/1).
Ia menjelaskan, sektor konstruksi diperkirakan mencapai 76% dari keseluruhan total konsumsi. Permintaan baja didorong oleh proyek pembangunan IKN dengan total kebutuhan baja sebesar 9,5 juta ton hingga pembangunan IKN rampung.
Baca Juga: Meski Tumbuh, Krakatau Steel (KRAS) Sebut Ada Pergeseran Tren Permintaan Baja Global
Purwono memproyeksikan penjualan pada 2024 diperkirakan akan membaik seiring dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang diperkirakan mencapai 5,2%, peningkatan belanja infrastruktur pemerintah sebesar 7,9%, serta pertumbuhan sektor pengguna baja lainnya; otomotif, peralatan rumah tangga, produk elektronik dan industri pengguna baja lainnya.
"Pada tahun 2024 kinerja baja nasional diperkirakan mengalami peningkatan sebesar 5,2% (CAGR 2020-2023) menjadi 18,3 juta ton," ujar Purwono.
Selain itu, produksi dan ekspor diperkirakan akan tetap tumbuh sehingga akan mencapai 15,9 juta untuk produksi dan 7,1 juta ton untuk ekspor.
Purwono menerangkan faktor pendorong kenaikan permintaan baja domestik dengan sektor utama penopang kinerja industri baja nasional adalah infrastruktur yang merupakan pasar utama baja domestik mencapai sekitar 76% terhadap total konsumsi baja.
Selain sektor konstruksi, konsumsi baja juga digunakan pada sektor otomotif sebanyak 12%, peralatan rumah tangga 3.5%, sektor transportasi dan juga industri permesinan.
Di sisi lain, kata Purwono, ekosistem kendaraan listrik atau Electric Vehicle juga berkembang pesat di Indonesia di mana pemerintah tengah mengakselerasi ekosistem tersebut untuk menekan penggunaan bahan bakar fosil, mengurangi emisi karbon, dan mendorong transformasi industri serta mendorong ketahanan energi nasional.
"Hal ini tentu berpengaruh positif pada demand segmen otomotif," tutur Purwono.
Ia menambahkan, optimalisasi TKDN juga merupakan salah satu cara memacu pertumbuhan daya saing industri baja domestik sehingga akan meningkatkan permintaan baja dalam negeri dan mendorong para pengguna baja domestik untuk menggunakan produk baja lokal.
Nilai TKDN produk baja domestik berada di kisaran TKDN 40 ~ 65% dengan menggunakan bahan baku semi finished dalam negeri, sehingga sangat sesuai dengan konsep pembangunan IKN yang mengutamakan produk nasional (bukan produk impor).
Hingga kuartal III-2023, pendapatan KRAS berkurang 31% year on year (YoY) menjadi US$ 1,26 miliar. Bersamaan dengan itu, KRAS menderita rugi bersih tahun berjalan senilai US$ 59 juta, padahal sebelumnya perusahaan ini meraih laba bersih US$ 82 juta per kuartal III-2022.
Penurunan kinerja KRAS sejalan dengan permintaan baja domestik pada kuartal III-2023 yang mengalami koreksi 14%. Hal ini menekan harga jual komposit KRAS sebesar 17% dibandingkan periode sebelumnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News