Reporter: Muhammad Julian | Editor: Handoyo .
Direktur Penjualan dan Pemasaran KTB, Duljatmono berujar bahwa katalis positif tahun ini berasal dari adanya komitmen pemerintah dalam menjalankan pembangunan infrastruktur serta adanya tren perbaikan harga minyak sawit mentah alias crude palm oil (CPO). Kedua katalis ini diperkirakan mampu mengerek permintaan kendaraan niaga dari sektor angkutan barang dan perkebunan.
Untuk diketahui, sektor perkebunan dan angkutan barang memang merupakan dua sektor dengan porsi kontribusi terbesar dalam penjualan KTB. Pada tahun lalu saja misalnya, sektor angkutan barang menyumbang sekitar 48% dalam total penjualan KTB.
Sementara itu, sektor perkebunan tercatat sebagai sektor dengan kontribusi terbesar kedua dalam penjualan KTB dengan porsi 19%. Sisanya, penjualan berasal dari penjualan di sektor industri pabrikan, infrastruktur, konstruksi, pertambangan, dan lain-lain.
Di samping itu, faktor telah berlalunya momentum tahun politik juga diyakini menjadi pemicu yang mampu meningkatkan permintaan kendaraan niaga tahun ini.yang mampu mengerek permintaan penjualan kendaraan niaga pada tahun ini.
Baca Juga: Waduh, virus corona bisa bikin pabrik mobil di seluruh dunia tutup
Menurut catatan KTB, penjualan kendaraan niaga tertekan cukup berat di semester I akibat adanya ketidakpastian politik seiring momentum pemilihan presiden dan wakil presiden.
Sementara itu, meski agak membaik dibanding semester I, penjualan kendaraan niaga pada semester II belum naik secara signifikan oleh karena adanya ketidakpastian politik perihal komposisi susunan kabinet kementerian di masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo yang kedua.
Seiring dengan adanya tantangan tersebut, pasar kendaraan niaga nasional mengalami penurunan sekitar 19% secara tahunan (year-on-year/yoy) dari yang semula sebanyak 116.421 unit di tahun 2018 menjadi 94.323 unit di tahun 2019 lalu.