kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,64   6,79   0.75%
  • EMAS1.395.000 0,87%
  • RD.SAHAM 0.17%
  • RD.CAMPURAN 0.09%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.03%

Krisis Amerika Mencekik Industri Manufaktur


Senin, 06 Oktober 2008 / 22:48 WIB
Krisis Amerika Mencekik Industri Manufaktur
ILUSTRASI. Karyawan membersihkan mobil bekas di salah satu pusat penjualan mobil di Tangerang Selatan, Senin (1/6). Bebebrapa perusahan pembiayaan menyambut positif rencana pemerintah melonggarkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Dengan pelonggaran PSBB, mas


Sumber: KONTAN |

JAKARTA. Imbas krisis keuangan yang mengguncang Amerika Serikat tak hanya memukul pasar keuangan. Sektor usaha yang riil juga mulai terkapar. Yang sudah merasakannya adalah industri manufaktur dalam negeri yang penjualannya bermuara ke Amerika Serikat.

Kepala Badan Pusat Pengembangan Industri Departemen Perindustrian (Depperin) Dedi Mulyadi mengungkapkan, berdasarkan penelitian Depperin ada sejumlah produk yang akan paling terpukul imbas krisis tersebut. Antara lain produk tekstil, kulit, kertas, keramik, elektronik, dan bahan nabati seperti minyak sawit mentah. "Ekspornya akan turun sekitar 20%," kata Dedi, Senin (6/10).

Para pengusahanya juga sudah melontarkan keluhan. Ketua Asosiasi Aneka Keramik Indonesia (Asaki) Achmad Wijaya  malah menyatakan ekspor keramik ke Amerika sudah terlebih dulu terganggu. Sejumlah pemesan keramik dari Negeri Uwak Sam sudah menunda order. "Total penundaan ordernya mencapai 20% ," katanya.

Menurut data asosiasi, setiap tahun ekspor keramik ke Amerika rata-rata mencapai 100 kontainer alias 100.000 meter persegi. Itu mencakup sekitar 35% dari total ekspor keramik Indonesia yang nilainya mencapai US$ 350 juta.

Keluhan yang serupa juga datang dari pengusaha tekstil. Sekretaris Eksekutif Asosiasi Pertekstilan Indonesia Ernovian G. Ismy mengaku ekspor tekstil dan produk tekstil (TPT) adalah bisnis yang paling dominan terkena imbas krisis Amerika. Karenanya, target kenaikan ekspor sebesar 10% pada tahun ini tampaknya sulit tercapai. Kemungkinan, pertumbuhannya hanya naik 6%-7% dari total nilai ekspor 2007 yang tercatat sebanyak US$ 2,4 miliar.

Ratapan lain muncul dari pengusaha bubur kertas dan kertas. Ketua Asosiasi Pulp and Paper Indonesia Muhammad Mansur menegaskan, sejak Juli 2008 sudah terjadi penurunan konsumsi kertas di Amerika. "Akibatnya ekspor kertas Indonesia ke Amerika sudah terganggu," katanya.

Nada keluh kesah juga mencuat dari pengusaha makanan dan minuman. Thomas Darmawan, Ketua Umum Industri Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) mengatakan, dampak krisis di Amerika bisa berimbas pada ekspansi gerai makanan dan minuman yang bakal terus melambat. Bahkan, kemungkinan pada sisa tahun ini tak akan ada ekspansi sama sekali. ”Ini bisa lebih parah jika perbankan tidak mau mengucurkan kredit,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×