kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.932.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.305   -5,00   -0,03%
  • IDX 6.832   -37,03   -0,54%
  • KOMPAS100 989   -6,89   -0,69%
  • LQ45 760   -4,16   -0,54%
  • ISSI 222   -0,69   -0,31%
  • IDX30 392   -3,26   -0,83%
  • IDXHIDIV20 456   -5,40   -1,17%
  • IDX80 111   -0,56   -0,51%
  • IDXV30 113   -1,23   -1,08%
  • IDXQ30 127   -0,89   -0,69%

Krisis Israel-Iran Berpotensi Melemahkan Permintaan dan Pengiriman Ekspor Alas Kaki


Rabu, 25 Juni 2025 / 21:12 WIB
Krisis Israel-Iran Berpotensi Melemahkan Permintaan dan Pengiriman Ekspor Alas Kaki
ILUSTRASI. REUTERS. Krisis Iran dan Israel berpotensi menyebabkan efek ekonomi yang signifikan baik secara global maupun domestik.


Reporter: Vatrischa Putri Nur | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Ketegangan antara Iran dan Israel berpotensi menyebabkan efek ekonomi yang signifikan baik secara global maupun domestik, apalagi bagi pelaku usaha eksportir maupun importir.

Asosiasi Persepatuan Indonesia (APRISINDO), menyampaikan bahwa keadaan sampai hari ini belum ada keluhan dari anggota atas aktivitas ekspor dan impor bahan baku untuk produksi sepatu, seperti selektif bahan baku utama kulit jadi. Sebab, negara-negara di Timur Tengah bukanlah tujuan utama ekspor alas kaki asal Indonesia.

"Kalau dari data Timur Tengah bukan tujuan ekspor utama alas kaki. Tujuan ekspor terbesar adalah Amerika Serikat, 27 negara di Eropa, China, Amerika Latin, Australia baru kemudian Timur Tengah," ujar Direktur Eksekutif APRISINDO, Yoseph Billie Dosiwoda, kepada Kontan, Rabu (25/6).

Meskipun bukan tujuan utama ekspor alas kaki, ia berharap bahwa adanya krisis Israel-Iran ini tidak menggangu rantai pasok ekspor dan impor yang dilakukan pelaku industri alas kaki. Ia menyebut, kini pelaku usaha masih mengambil langkah wait-and-see.

Baca Juga: Industri Alas Kaki Tarik Investasi Rp 8 Triliun dari 12 Perusahaan Asing

"Kami masih melihat situasi dengan wait-and-see. Kalau ditanya sampai hari ini masih berjalan normal, tetapi tidak tahu ke depan bila konflik dan ekskalasi perang yang tidak diharapkan makin memanas," jelasnya.

Bila kondisi krisis makin memanas, Billie menjelaskan beberapa potensi dampak yang bisa mengganggu pelaku usaha alas kaki.

Pertama, bisa berpotensi terjadi gangguan transportasi global. Hal ini terjadi bila jalur ekspor rantai pasok di laut terjadi penutupan di Selat Hormuz yang selama ini menjadi perlintasan ekspor alas kaki dan impor bahan baku kulit.

"Tentu bila ini terjadi, hal tidak diinginkan akan menaikan biaya logistik, waktu pengiriman barang dan ketidakpastian jadwal," keluhnya.

Kedua, kondisi ini berpotensi mempengaruhi kenaikan biaya produksi dan kemungkinan penundaan pengiriman ekspor produk alas kaki.

Ketiga, bisa mempengaruhi efek sentimen global terhadap permintaan karena ketidakpastian geopolitik bisa berdampak ke pelemahan kepercayaan konsumen global.

"Negara-negara tujuan ekspor alas kaki seperti AS dan Uni Eropa mungkin mengurangi permintaan, buyer menahan purchase order untuk menunggu situasi lebih stabil," tambahnya.

Billie juga menyebut bila krisis Israel-Iran berpotensi memengaruhi harga gas dan minyak, yang mana gas merupakan sumber utama dalam proses produksi alas kaki.

"Lalu keempat, ada beberapa sumber mengatakan perang ini akan mempengaruhi khususnya harga energi terutama gas dan minyak. Sementara industri alas kaki juga memerlukan sumber utama gas dalam proses produksi," pungkasnya.

Baca Juga: Ekspor Sepatu Nike ke India, Kemenperin Ungkap Potensi Industri Alas Kaki Indonesia

Selanjutnya: Mulai Semarak, Intip Prospek Gelaran IPO pada Semester II-2025

Menarik Dibaca: DLH Jakarta Jalankan Pilot Project Pengelolaan Sampah di 6 Kelurahan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×