Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Sejumlah perusahaan tambang mengerek alokasi belanja modal atawa capital expenditure (capex) pada tahun ini. Hal tersebut sejalan dengan kegiatan ekspansi yang mereka lakukan.
Misalnya saja PT Indika Energy Tbk yang menyiapkan capex US$ 315 juta, hampir dua kali lipat dibanding 2018 sebesar US$ 162,8 juta. Head Of Corporate Communication INDY Leonardus Herwindo mengatakan sampai Maret 2019 serapan belanja modal emiten berkode saham INDY ini baru sebesar US$ 28 juta.
“Sebagian besar dana capex tahun ini kami alokasikan untuk operasional anak usaha yakni Petrosea dan pembangunan terminal penyimpanan bahan bakar atau fuel storage di Kariangau, Kalimantan Timur, yang kami targetkan akan selesai tahun depan,” tuturnya, Jumat (3/5).
Apabila dirinci belanja modal INDY akan digelontorkan untuk Indika Resources US$ 12,1 juta, Kideco US$ 7,7 juta, Petrosea US$ 177,2 juta, MBSS US$ 11,7 juta, Tripatra US$ 10 juta, hingga untuk proyek fuel storage US$ 94,6 juta.
Pada kuartal kedua, sambungnya, INDY akan mengoptimalkan produksi sesuai dengan target dan meningkatkan efisiensi setiap anak usaha agar lebih optimal lagi. Selain INDY, PT United Tractors Tbk (UNTR) juga mengalokasikan belanja modal sebesar US$ 700 juta hingga US$ 800 juta untuk 2019.
Terakhir, dalam catatan Kontan, pada kuartal pertama tahun ini mereka sudah menggunakan 30% dari total belanja modal atau sekitar US$ 220 juta.
Memang, sebagian besar atau 80% penggunaan belanja modal UNTR dikucurkan ke anak usaha yang bergerak di sektor jasa penambangan yaitu PAMA untuk pergantian dan pembelian alat berat.
Tak hanya itu, UNTR bakal menggunakan US$ 50 juta untuk operasional tambang emas yang baru saja mereka operasikan mulai akhir tahun lalu.
Sementara itu, produksi batubara UNTR sampai Maret 2019 turun 1,54% daripada produksi pada tiga bulan pertama tahun lalu. “Produksi batubara sampai kuartal 1 tahun ini sebesar 2,55 juta ton,” ujar Sekretaris UNTR, Sara K. Loebis.
PT Indo Tambangraya Megah Tbk pun meningkatkan capex mereka pada tahun ini menjadi sebesar US$ 122 juta. Direktur Indo Tambangraya Megah Yulius Gozali menyampaikan belanja modal selama kuartal awal tahun ini digunakan untuk perluasan pelabuhan, peralatan, serta perlengkapan mesin. Hanya saja ia belum dapat menyebutkan realisasi belanja modal hingga tiga bulan pertama 2019 ini.
“Memasuki kuartal dua kami terus-menerus meningkatkan efisiensi biaya dan menggenjot volume produksi dan penjualan agar sejalan dengan target-target yang telah ditetapkan,” ungkapnya, Selasa (7/5).
Selanjutnya mereka juga akan meneruskan penggunaan belanja modal untuk perbaikan infrastruktur dan peningkatan kapasitas mesin dan peralatan tambang. Sumber dana capex ini diperoleh dari kas internal perusahaan.
Asal tahu, emiten berkode saham ITMG ini membidik volume produksi batubara hingga 23,6 juta ton batubara dengan penjualan 26,5 juta ton pada 2019.
Berbeda dengan PT Harum Energy Tbk, mereka hanya mengalokasikan belanja modal US$ 8 juta. Mereka akan menggunakan belanja modal sebagai biaya pemeliharaan aset tetap. “Belanja modal selama kuartal 1 2019 adalah sebesar US$ 2,5 juta,” kata Direktur Utama Harum Energy, Ray Antonio Gunara, Selasa (7/5).
Meski hanya mengalokasikan capex untuk perawatan aset tetap, manajemen Harum Energy mengaku selalu menjajaki peluang-peluang akuisisi, terutama pada lokasi yang berdekatan dengan kegiatan operasi emiten bersandi HRUM tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News