Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari
Namun, meski mengantongi kuota ekspor yang lebih tinggi, Freeport Indonesia tetap mencermati perkembangan kondisi pandemi virus corona. Khususnya yang terkait dengan komponen biaya dan juga pergerakan harga komoditas tembaga.
"Virus corona berdampak pada harga komoditas tembaga, sehingga kami memantau cost yang non essential," sambungnya.
Kendati ada pandemi virus corona, hal tersebut belum berdampak signifikan terhadap kinerja operasional PTFI. Ia bilang, operasional tambang bawah tanah dan juga penjualan konsentrat masih berjalan normal.
"Sejauh ini tidak berdampak pada operasi tambang bawah tanah. Pengapalan juga masih normal," kata Riza.
Baca Juga: Freeport Indonesia dan Vale Indonesia (INCO) Mewaspadai Efek Corona
Dalam catatan Kontan.co.id, ekspor konsentrat tembaga Freeport Indonesia menyasar sejumlah pasar. Terutama negara-negara di Asia, seperti Jepang, Korea, Filipina, India dan China.
Menurut Direktur Utama Freeport Indonesia Tony Wenas, porsi ekspor konsentrat tembaga PTFI sekitar 60% dari total konsentrat yang diproduksi PTFI. Sementara sekitar 40% diproses di dalam negeri, yakni di PT Smelting Gresik.
Tony menyebut, produksi bijih PTFI baru akan naik pada tahun 2021 ke tingkat 75%-80% dari kapasitas produksi. Sedangkan produksi akan kembali stabil ke posisi 210.000 ton bijih per hari mulai tahun 2022.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News