Reporter: Ferry Hidayat | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Pengamat minyak dan gas (migas), Muhammad Kurtubi menilai, hasil eksplorasi migas di dalam Blok Mahakam nilainya ditaksir dapat mencapai angka triliun rupiah setiap bulannya jika dikelola oleh pemerintah.
"Keuntungannya bisa mencapai kurang lebih Rp 2 triliun setiap bulannya. Ini blok produksi gas terbesar saat ini," kata Kurtubi usai acara deklarasi gerakan damai “Rebut Mahakam dan Kembalikan Blok Mahakam kepada Rakyat Indonesia” di Kompleks Parlemen, Senayan (28/10).
Kurtubi menambahkan, saat ini tampaknya pemerintah mau meneruskan perpanjangan kontraktor Blok Mahakam dengan Total dan Inpex Corporation.
Pemerintah berdalih, jika kontrak Total dan Inpex tidak diperpanjang, produksi gas blok Mahakam akan bermasalah. Padahal, kata Kurtubi, meski kontrak Total dihentikan, tidak akan berpengaruh terhadap Indonesia.
Kurtubi juga merasa heran, kenapa pemerintah mau melepaskan pengelolaan Blok Mahakam ini kepada kontraktor asing. Padahal, seluruh alat operasi milik negara.
"Ini jadinya kita kayak menyumbang triliunan rupiah kepada pihak asing dan sebagai pemilik Indonesia justru hanya dapat 30% saja," lanjut Kurtubi.
Oleh karena itu, Kurtubi bersama beberapa tokoh lain yang tergabung dalam Deklarator Rakyat untuk Blok Mahakam akan menyampaikan tuntutannya ke DPR supaya pemerintah mau mengembalikan lagi pengelolaan Blok Mahakam ke Pertamina.
"Menteri ESDM, Kepala SKK Migas mengatakan kita tidak bisa mengelola Blok Mahakam, tetapi Pertamina justru sanggup dan memang benar mampu," keluhnya.
Sebelumnya, penguasaan Blok Mahakam oleh kontraktor asing sudah berlangsung selama 45 tahun, terhitung sejak 1 April 1967. Padahal, para deklarator percaya bahwa cadangan minyak di dalamnya sangat besar potensinya bagi pemasukan negara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News