kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Lahan terbatas, produksi teh tahun ini stagnan


Selasa, 29 Januari 2013 / 09:45 WIB
Lahan terbatas, produksi teh tahun ini stagnan
ILUSTRASI. Rekomendasi HP Vivo harga 2 jutaan terbaik 2021, Vivo Y30 sampai Vivo Y21s


Reporter: Handoyo | Editor: Sandy Baskoro

JAKARTA. Produksi teh dalam negeri selama 2013 diproyeksikan stagnan. Maklum, selain karena iklim yang tidak menentu membuat pertumbuhan produksi teh cenderung melambat, juga lantaran tidak ada penambahan lahan baru pada tahun ini.

Atik Darmadi, Sekretaris Eksekutif Asosiasi Teh Indonesia (ATI), memperkirakan, produksi teh pada 2013 sama seperti tahun lalu. "Kalaupun ada peningkatan, persentasenya hanya 10%," kata Atik, Senin (28/1).

ATI mencatat, volume produksi teh Indonesia cenderung menurun. Pada 2003, Indonesia mampu memproduksi 169.819 ton teh, kemudian menyusut menjadi 119.651 pada 2011. Sepanjang 2012, produksi teh diperkirakan tetap seperti pada 2011.

Luas areal perkebunan juga menunjukkan tren penurunan. Pada 1998, luas perkebunan teh Indonesia mencapai 157.000 hektare (ha). Hanya butuh tiga tahun saja atau pada 2011 kebun teh menyusut jadi 123.500 ha.

Ada beberapa penyebab penurunan produksi teh. Seperti, petani mulai mengkonversi teh ke tanaman lain. Kemudian tingkat produktivitas teh tak optimal karena dikelola di bawah standard. Rata-rata umur tanaman teh sudah tua dan harus di-replanting.

Di tengah keterpurukan produksi teh dalam negeri, produk lokal harus berhadapan dengan teh impor. Dari tahun ke tahun, teh impor menunjukkan tren peningkatan. Pada 1996 silam, impor teh Indonesia hanya 50 ton, namun pada 2011 melenting menjadi 19.812 ton.

Dengan kata lain, kenaikan impor teh itu mencapai 400 kali lipat dalam kurun 15 tahun terakhir. Impor dari Vietnam sampai Agustus 2012, contohnya, mencapai 5.000 ton teh kualitas rendah.

Di masa depan, petani lokal meminta impor teh perlu diberlakukan tariff and non tariff barrier, misalnya penerapan sertifikasi teh lestari dari Forum Sertifikasi Teh Indonesia. Atik berharap pengembangan teh tidak lagi parsial, tetapi sinergis dan terpadu. Pengembangan itu mencakup peremajaan, rehabilitasi, intensifikasi hingga permodalan.

Endang Sopari, Wakil Ketua Asosiasi Petani Teh Indonesia (Aptehindo), Jawa Barat, mengakui, produktivititas teh dalam negeri kian susut. "Dari tahun ke tahun tidak berubah, baik secara produksi maupun luasan lahan," kata dia. Jawa Barat adalah penghasil teh terbesar di Indonesia. Produksi teh dari provinsi ini memasok 60% dari total produksi nasional.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×