Reporter: David Oliver Purba | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Ekonomi yang melambat membuat manajemen PT Lautan Luas Tbk menunda ekspansi. Produsen dan distributor bahan kimia tersebut batal membangun pabrik pemanis atau fruktosa di Kawasan industri Modern Cikande Industrial Estate (MCIE), Serang, Banten pada tahun 2015 ini.
Sebagai ganti, Lautan Luas baru akan merealisasikan pembangunan pabrik pada tahun depan. "Kami tidak ingin spekulatif, mungkin akhir tahun 2016 baru terealisasi pembangunan pabriknya," ujar Investor Relation Officer PT Lautan Luas Tbk Eurike Hadijaya Sulendra kepada KONTAN, Senin(12/10).
Melongok histori pemberitaan KONTAN, sejatinya Lautan Luas sudah menggadang mimpi membangun pabrik fruktosa sejak 2014. Manajemen perusahaan ini sebelumnya bilang, telah menyiapkan lahan 11 hektare (ha) di MCIE. Total dana investasi yang harus mereka persiapkan sebesar US$ 40 juta.
Rancangan Lautan Luas, kapasitas pabrik fruktosa sebesar 100.000 ton fruktosa cair per tahun. Perusahaan berkode LTLS di Bursa Efek Indonesia tersebut berharap, pabrik tersebut bisa beroperasi tahun 2017. Tak berhenti sampai penundaan rencana ekspansi, manajemen Lautan Luas juga khawatir perlambatan ekonomi turut melambatkan perolehan pendapatan.
Hingga September 2015, capaian pendapatan berkisar 72% dari total target pendapatan 2015 yang sebesar Rp 6,4 triliun. Jadi, realisasi pendapatan mereka selama sembilan bulan masih di kisaran Rp 4,61 triliun.
Tak mau target tahun ini tiba-tiba meleset, Lautan Luas pun pasang strategi. Perusahaan tersebut bakal semakin fokus menggenjot bisnis produk kimia pendukung sektor makanan dan minuman, juga water treatment alias penjernih air. Jagoan Lautan Luas untuk sektor makanan dan minuman adalah produk krimer. "Biasanya produk krimer ini akan semakin meningkat di akhir tahun, kami berharap kuartal IV bisa digenjot ," katanya.
Sementara untuk produk penjernih air, Lautan Luas masih menangkap peluang besar dari bisnis itu. Sebab, kebutuhan akan air bersih di tengah polusi yang kian hebat, sangat tinggi. Selama ini, Lautan Luas telah menjalin kerjasama dengan Perusahan Daerah Air Minum (PDAM).
Memupuk bisnis IT
Asal tahu saja, Lautan Luas menjalankan bisnis penjernih air melalui PT Lautan Organo Water. Perusahaan tersebut memiliki tiga pabrik penjernih air. Dua di antaranya ada di luar negeri, yakni di China dan satu di Vietnam. Sembari menggenjot bisnis yang sudah mapan, Lautan Luas berupaya memupuk bisnis sampingan.
Perlu diketahui, perusahaan tersebut sedang mengembangkan bisnis informasi dan teknologi (IT). Gambarannya begini; Lautan Luas membuat sebuah program yang ditujukan untuk memproteksi data sebuah perusahaan.
Beberapa perusahaan yang telah memakai produk IT mereka, yakni perusahaan makanan diantaranya Bread Talk, Dunkin Donuts dan beberapa perbankan nasional. Karena masih dalam pengembangan, kontribusi bisnis IT masih minim jika dibandingkan dengan lini bisnis lain, yakni distribusi, manufaktur dan jasa.
"Belum bisa dijadikan sebuah lini yang menopang bisnis Lautan Luas," terang Eurike. Hingga 30 Juni 2015, kontributor terbesar Lautan luas adalah bisnis distribusi, yakni Rp 2,57 triliun. Catatan penjualan itu setara dengan 63,93% terhadap total penjualan sebelum dikurangi eliminasi, yakni Rp 4,02 triliun.
Kontributor selanjutnya, berturut-turut adalah bisnis manufakur Rp 1,15 triliun dan bisnis jasa Rp 304,42 miliar. Porsi masing-masing kontributor tersebut yakni 28,61% dan 7,46%. Selain menjual produk kepada pihak ketiga, Lautan Luas juga menjual sebagian produk kepada pihak berelasi.
Per 30 Juni 2015, penjualan ke pihak berelasi sebesar Rp 23,65 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News