kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.308.000 -0,76%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Layanan Mobile Music Sumbang 6% Pendapatan Kuartal I BTEL


Minggu, 30 Mei 2010 / 20:29 WIB


Reporter: Gentur Putro Jati |



JAKARTA. Layanan mobile music PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) menyumbang 6% dari total pendapatan perusahaan sampai kuartal I 2010.

"Jumlah itu merupakan yang tertinggi dibandingkan perusahaan telekomunikasi lainnya di Indonesia. Padahal saat ini angka pembajakan hampir menguasai 90% angka pembelian lagu," kata Wakil Dirut Bidang Pemasaran Bakrie Telecom Erik Meijer dalam rilis resminya, Minggu (30/5).

Tahun lalu total pendapatan BTEL Rp 3,436 triliun, jika disebut mobile music menyumbang 6% bagi total pendapatan maka diperkirakan angkanya sekitar Rp 206,16 miliar.

Erik menjelaskan, layanan mobile music yang ditawarkan pemegang merek dagang Esia tersebut adalah Ring Back Tone (RBT), Music Messaging dan Mobile Radio. Menurutnya, RBT merupakan kontributor utama dari layanan mobile music setelah dikeluarkannya inovasi paket pembayaran harian dan mingguan. Serta menciptakan mekanisme mencoba sebelum membeli atau Pre Listen sebagai proses edukasi pelanggan.

Inovasi lainnya untuk RBT adalah menyederhanakan proses pencarian bagi pelanggan melalui layanan seperti “TEKAN BINTANG”, pencarian lagu dengan suara atau M-Search, pusat layanan telepon untuk NSP, dan berbagai layanan lainnya.

Inovasi-inovasi tersebut menurut Erik berhasil menaikkan tingkat penetrasi 20% dari pelanggan Esia. Atau setara dengan dua juta pelanggan yang aktif.

"Rata-rata pemasukan dari RBT sebesar Rp 11-12 miliar rupiah untuk perusahaan. Pencapaian ini merupakan kesuksesan karena rata-rata industri untuk penetrasi RBT adalah 5-12%," jelasnya.

Sementara untuk penetrasi layanan berbayar unduh musik digital (Full Track Download) telah lebih dari 70% diantara pengguna perangkat musik. Ini berarti ada lebih dari 120.000 pengguna aktif layanan tersebut. Selain itu lebih dari 1 juta lagu telah diunduh dalam kurun waktu 200 hari sejak peluncuran layanan tersebut.

Menurut Erik, masalah harga dan ketersediaan masih menjadi kendala sehingga banyak konsumen tetap memilih mendapatkan musik secara gratisan alias ilegal.

Menurut Ketua Masyarakat Industri Kreatif TIK Indonesia (MIKTI) Indra Utoyo, bisnis dari industri musik bagi pelaku usaha digital lumayan besar. Tahun lalu dari layanan Ring Back Tone (RBT) saja ada uang berputar sebesar Rp 1,2 triliun.

"Sayang untuk lagu yang diunduh lengkap jumlahnya masih kecil hanya sekitar Rp 62 miliar. Tahun ini layanan musik diperkirakan tumbuh 30," kata Indra.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×