Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -KUTAI TIMUR. Ada yang sedikit berbeda saat memasuki peternakan lebah yang satu ini, tidak perlu repot-repot menggunakan bee net, topi pelindung atau baju anti sengat. Orang-orang yang berkunjung kesini juga kelihatan santai, bisa dengan bebas lalu-lalang atau bercengkrama tanpa takut tersengat lebah.
Ternyata, ini adalah peternakan lebah Kelulut milik kelompok Tani Trigona Reborn yang awalnya dibentuk pada tahun 2018. Kemudian pada tahun 2020, PT Pertamina EP (PEP) Sangatta Field mengembangkan Program Pengembangan Tani Hutan Kelulut Sangatta, yang singkat Prolekta, di area konservasi Taman Nasional (TN) Kutai, Kalimantan Timur ini.
Triyono, selaku ketua kelompok tani bercerita bahwa dia mencoba peruntungan melalui lebah Kelulut tepatnya pada tahun 2017. Saat itu, dirinya sudah tidak asing dengan lebah madu jenis ini karena sang kakak yang tinggal di Solo juga memiliki peternakan serupa.
Fisik lebah Kelulut sangat jauh dari bayangan kita terhadap lebah madu lainnya. Warnanya hitam pekat, tidak ada garis-garis kuning atau orange seperti lebah madu umumnya. Ukurannya juga jauh lebih kecil, dibandingkan lebah, ukurannya hanya sekitar 1-2 inci saja, banyak orang menganggap Kelulut lebih mirip lalat, lebih tepatnya lalat besar.
Saat mencoba pertama kali budidaya Kelulut. Triyono membawa Kelulut jenis Leviceps ke Sangatta. Ukuran Leviceps jauh lebih kecil dari spesies Kelulut lainnya. Sayangnya produksi madu Leviceps tidak maksimal, karena ukurannya yang kelewat kecil, dalam satu koloni Triyono hanya bisa mendapat 1 sendok madu. Namun karena kurang produktif, dirinya kemudian memilih mengembangbiakan jenis Heterotrigona itama.
"Yang Itama kan lebih besar jadi lebih produktif, satu koloni bisa dapat 1 liter-an madu, kalau yang di Jawa itu Leviceps, lebih kecil. Karena di Kalimantan ini memang banyak jenisnya (Kelulut), lebih dari 40," ungkap Triyono saat ditemui di kawasan Kebun Kelulut Sangatta.
Triyono bilang mayoritas anggota kelompok tani Trigona Reborn sebelumnya adalah petani karet. Namun, harga karet yang terus merosot membuat pemasukan para petani juga makin turun.
"Sekarang 1 Kg karet harganya hanya Rp7.000 saja, itu pun kalau sekali panen kurang dari 1 ton. Sedangkan kalau madu Kelulut ini 1 liter harga paling murahnya sudah Rp600 ribu," katanya.
Pohon karet dan lebah Kelulut ungkapnya juga bisa saling melengkapi, sehingga para petani juga mendapatkan pemasukan tambahan tanpa harus melepas usaha karet mereka.
Sabil, salah satu anggota kelompok tani juga bilang saat ini anggota Trigona Reborn sudah mencapai 15 orang. Masing-masing individu memiliki pasar penjualan madu sendiri-sendiri, mereka juga sudah menjual madu secara online melalui beberapa marketplace.
Dalam sekali panen, Sabil bilang dirinya bisa mendapatkan 10-15 liter yang berasal dari 17 sarang atau 17 koloni yang dia miliki.
"Ternakan saya untuk Kelulut ini ada sekitar 17 sarang yang rutin saya panen. Jadi saya bisa dapat 10-15 liter tiap bulan, dikali Rp600 ribu dan saya gabungkan dua-duanya (madu dan karet) jadi penghasilan 2 kali lipat," jelasnya.
Triyono kemudian bilang, melalui bantuan PEP Sangatta Field PHKT, kini total koloni lebah yang dimiliki anggota sudah mencapai hampir 200 koloni/sarang.
"Kan kalau dari perorangan kemudian untuk koloninya masih sedikit. Karena kami juga awalnya dulu komunitas, kemudian dirangkul oleh Pertamina, dikasih bantuan juga 100 lebih sarang. Kami satukan kesini (kebun Kelulut Sangatta)," jelasnya.
Berawal dari ide sederhana untuk membenahi sistem budidaya lebah kelulut yang belum efisien, PT Pertamina EP (PEP) Sangatta Field mengembangkan Program Pengembangan Tani Hutan Kelulut Sangatta, yang singkat Prolekta, di area konservasi Taman Nasional (TN) Kutai, Kalimantan Timur.
Implementasi Program Prolekta dimulai pada 2021 melalui kegiatan pengembangan infrastruktur, pelatihan keamanan pangan, dan peresmian program. Pada tahun berikutnya, pengembangan program berupa pelatihan budidaya kelulut dan pengelolaan wisata, inisiasi gerakan Satu Orang Satu Pohon, dan inovasi Alat Hisap Sederhana.
Manager Sangatta Field Cahyo Nugroho menyampaikan, pengembangan program CSR yang dijalankan Perusahaan disesuaikan dengan hasil pemetaan sosial di sekitar wilayah operasi.
"Dengan pemetaan sosial di desa-desa di wilayah operasi PEP Sangatta Field, hal itu dapat membantu memastikan pemanfaatan potensi lokal, dampak positif yang diberikan, dan keberlanjutan program tersebut,” ujar Cahyo.
Dia menambahkan, keberhasilan program CSR Perusahaan juga didukung oleh kontribusi dan kolaborasi dengan pihak eksternal.”Kita berkolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk UMKM, BUMDes, pemerintah, serta masyarakat,” tambahnya.
Pada tahun 2023, pengembangan program ini berlanjut dengan pembangunan Galeri Produk Khas Kutim, pengadaan mesin produksi, dan pembangunan broadwalk. Penguatan program semakin meningkat pada tahun 2024 melalui pemantapan Usaha Mandiri Kelompok, pengembangan teknologi modern, dan pengembangan subunit usaha.
Head of Communication Relations & CID Zona 9 Elis Fauziyah menyampaikan, pengembangan subunit usaha berhasil menghasilkan lima usaha baru, yaitu UMKM Produsen Madu Kelulut; Eduwisata Budidaya Lebah Kelulut; Gerai Kreativitas Produk Khas Kutai Timur & Cafetaria Zero Waste; Depot Energi; dan Bank Sampah Sederhana Trigona.
”Program ini menghasilkan lima jenis ukuran kemasan madu kelulut yaitu 50ml, 100ml, 250ml, 500ml dan 1 liter,” jelasnya.
Selain itu, terdapat sembilan produk turunan olahan madu yaitu kukis jahe, emping madu, kukis kelapa kelulut, susu kurma madu, teh madu kelulut, brownis madu kelulut, pudding madu kelulut, bee pollen, dan stik madu kelulut.
Dari aspek eduwisata, program ini telah dikunjungi sekitar 1.400 wisawatan per tahun. Adapun program Prolekta telah mendapatkan dua paten sederhana, yakni paten alat panen madu dan paten alat pengurang kadar air madu.
Setelah merasakan dampak dari program ini kepada kesejahteraan para anggota, Triyono bilang pihaknya berharap program Prolekta bisa dapat terus berkembang dan memberikan manfaat yang signifikan bagi masyarakat dan lingkungan sekitar.
"Ya kita ini kan belajar dari lebah, kalau ada bantuan ke kelompok kita kita berikan juga ke masyarakat luar atau petani yang mau budidaya," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News