kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Lewat Garasi Organik, Pertamina Field Subang dorong pengembangan tani-ternak


Kamis, 02 Desember 2021 / 20:39 WIB
Lewat Garasi Organik, Pertamina Field Subang dorong pengembangan tani-ternak
ILUSTRASI. Program Integrasi Peternakan dengan Sistem Organik


Reporter: Filemon Agung | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Program Integrasi Peternakan dengan Sistem Organik  atau  yang dikenal dengan “Garasi Organik” yang diinisiasi oleh Subholding Upstream Pertamina Regional Jawa Bagian Barat Field Subang terus melakukan inovasi untuk mendorong pengembangan pertanian dan peternakan organik.

Diinisiasi sejak pertengahan 2020 dengan menggandeng Koperasi Sa’urus Farm, kelompok usaha tani-ternak di Desa Pringkasap, Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Subang, Jawa Barat program pemberdayaan Pertamina EP ini telah memberikan manfaat baik dari aspek sosial, ekonomi, dan  lingkungan bagi masyarakat setempat.

“Alhamdulillah, setelah dikenal sebagai penghasil beras organik, Desa Pringkasap secara perlahan mulai dikenal sebagai pemasok daging organik, terutama dari daging ayam kampung,” ujar Dedi Mulyadi, Sekretaris Koperasi Sa’urus Farm Desa Pringkasap yang juga salah  seorang tokoh pemuda  di desa tersebut, saat ditemui Minggu (28/11) sore di kantor koperasi sekaligus markas “Garasi Organik”. 

Menurut Dedi, program atau inovasi “Garasi Organik” sejatinya berawal  saat dirinya mengajak petani di desa tersebut memproduksi beras organik. Namun selama tujuh tahun (2012-2019) pengembangan padi organik, timbul masalah yakni produk turunan dari penggilingan padi yakni dedak, menir dan sekam.

Berkat dukungan Pertamina pada pertengahan 2020, ide Dedi untuk mengembangkan pertanian-peternakan terpadu kesampaian. Setahun kemudian, jebolan Institut Pertanian Bogor itu mengajak para pemilik ternak untuk membentuk kelompok tani ternak Sa’urus  Farm yang bertujuan menciptakan  peternakan  dengan  sistem  yang  lebih  baik. 

“Setelah adanya program ‘Garasi Organik’, peternak mampu memproduksi pakan ternak secara mandiri sehingga mengurangi modal produksi. Selain itu peternak juga mampu menjual hasil ternaknya lebih tinggi karena secara kualitas juga meningkat,” ujar  kelahiran Subang, 29 Maret 1991.

Menurut dia, ujicoba penggunaan pakan organik pada pertengahan 2020. Saat itu, Pertamina ikut membantu. Pilihan dijatuhkan pada ayam kampung. Ujicoba  pun dilakukan pada 100 ekor. “Ini disesuaikan dengan lahan 12 anggota, ada yang 20 atau 30 ayam,” ujarnya.

Selain menir dan dedak,  pakan ayam kampung tersebut adalah maggot.  Sa’urus Farm membudidayakan maggot dengan memanfaatkan limbah organik dari lingkungan tempat tinggalnya. Bahan organik tersebut diurai oleh maggot selama tiga pekan. Sedangkan limbahnya berupa bekas maggot (kasgot) digunakan untuk tanaman padi organik.

“Limbah sampingnya itu kemudian untuk pupuk tanaman padi. Kita lakukan ini tujuannya tak lain untuk menekan biaya produksi petani,” ujarnya.

Tak hanya itu, Sa’urus Farm juga membudiayakan tanaman odot untuk pakan sapi dan ternak domba. Kebun tersebut dipupuk menggunakan pupuk kandang dari kotoran sapi. Pakan yang digunakan untuk peternakan sapi dan domba berasal dari rumput odot, jerami padi dan dedak. Sedangkan kotoran sapi digunakan langsung untuk tanaman padi dan pakan maggot BSF.

“Kandungan  protein maggot itu tinggi, 40%. Pas untuk ayam organik. Karbohidrat dari menir dedak dan sekam. Seratnya dari eceng gondok. Sumber kebutuhan makanan ada di sekitar kita,” katanya. 

Panen ayam kampung organik tiap tiga bulan. Hasilnya lumayan. Harga ayam kampung bobot hidup 1,2 hingga 1,4kg dihargai Rp45.000-Rp55.000 per ekor. Sementara jumlah ayam yang diternak anggota Sa’urus Farm mencapai 3.000 ekor dari 32 anggota. “Itu berkat penggunaan maggot yang memangkas ongkos pakan hingga 50%,” katanya. 

Selain ayam kampung, Koperasi Sa’urus Farm juga mulai mengembangkan bebek.  Koperasi melakukan breeding bebek Alabio dan Mojosari. Penyilangan dua  varian bebek ini bisa mempercepat panen bebek dari 6-7 bulan untuk bertelur jadi 4,5 bulan saja.

“Koperasi saat ini memeliharai 300-an bebek. Sudah dicampur. Ada alabio dan mojosari. Alabio untuk induk betina. Kemampuan bertelur tinggi. Produksi tinggi, sedangkan Mojosari untuk pejantan bagus,” katanya.

Syafaat Budi Mulyono,  Ketua Koperasi Sa’urus Farm, mengatakan pengembangan “Garasi Organik” memang butuh ketekunan dan sosialisasi. Karena itu, setiap Jumat malam, anggota  koperasi berkumpul. “Kami menampung berbagai problem  yang dihadapi peternak. Kami ajarin SOP peternakan organic,” ujar sarjana administrasi negara FISIP Unpad ini.

Dia berharap ke depan Koperais Sa’urus Farm bisa mendapatkan sertifikasi organik untuk produksi ternak yang dihasilkan anggota. Saat ini kperasi baru menjadi etalasi dan juga distribusi hasil ternak.

“Kami terbuka untuk siapa saja. Lokasi yang di sini untuk etalse. Kalau masyarkat mau belajar ayam, itik, maggot, silakan. Itu nanti mereka itu garasinya ada di sini,” ujar Ketua Bumdes Karanghegar Berkarya dan Bendahara Forum Bumdes Kabupaten Subang ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×