Reporter: Ratih Waseso | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Teknologi blockchain mungkin sudah lama ada, namun rasanya belum semua orang paham apa itu blockchain. Teknologi blockchain merupakan teknologi pengiriman data, nilai maupun informasi secara instan tanpa perlu pihak ketiga.
Executive Director of Asosiasi Blockchain Indonesia (ABI) Muhammad Deivito Dunggio atau yang akrab disapa Oham menerangkan bahwa pertumbuhan industri blockchain selama 2018 hingga 2019 mencapai 30%. Contoh dalam teknologi blockchain adalah bitcoin. Kita ketahui sendiri bitcoin merupakan aset digital yang muncul sekitar tahun 2009.
Bitcoin yang menggunakan database blockchain tidak dikontrol oleh suatu pihak, melainkan sangat terbuka untuk umum sehingga mustahil bagi seseorang untuk memalsukan transaksi di blockchain. Seluruh transaksi tercatat secara live, transparan, dan tersebar ke jutaan server.
Tak hanya untuk hal itu saja, teknologi blockchain juga disebut Oham dapat lebih lagi dimanfaatkan di negara Indonesia. Oham memberi contoh seperti Negara Estonia yang sudah memanfaatkan teknologi ini untuk kependudukan.
"Estonia kependudukan sudah didigitalisasi, pemilu mereka juga memanfaatkan blockchain," terang Oham saat acara KVB journalist class di GoWork pada Jumat (10/5).
Blockchain juga dirasa dapat menjadi inovasi baru dalam pemilihan umum ke depan. Sistemnya yang transparan namun sulit diretas namun memang diperlukan waktu untuk pembangunan infrastrukturnya.
"Use case pemilu sangat bisa, akan lebih cepat dalam mengetahui hasil nantinya bahkan tidak mudah dimanipulasi. Semoga lima tahun ke depan bisa dimanfaatkan untuk pemilu tapi ya butuh waktu pembangunan infrastrukturnya," kata Oham.
Melihat yang ada saat ini Oham menyebut teknologi ini akan terus berkembang. Ia memprediksi lima tahun ke depan akan semakin banyak perusahaan dengan teknologi blockchain yang akan muncul. ABI sendiri hadir guna mewujudkan dan memajukan blockchain secara positif di Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News