kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Link Net (LINK) incar pertumbuhan pendapatan high-single digit pada 2021 dan 2022


Senin, 13 Desember 2021 / 16:19 WIB
Link Net (LINK) incar pertumbuhan pendapatan high-single digit pada 2021 dan 2022
ILUSTRASI. Link Net (LINK) mengincar pertumbuhan pendapatan high-single digit pada 2021 dan 2022.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Link Net Tbk (LINK) mengejar pertumbuhan pendapatan pada level high-single digit sepanjang tahun 2021. Emiten penyedia layanan televisi kabel dan internet fixed broadband ini juga membidik target pertumbuhan serupa untuk tahun depan.

Corporate Secretary Link Net Johannes optimistis target tersebut bisa tercapai. Dia memberikan gambaran, hingga periode kuartal ketiga 2021, LINK berhasil membukukan pendapatan senilai Rp 3,2 triliun atau tumbuh 9,8% dibandingkan kuartal III-2020.

EBITDA Link Net juga tumbuh 14,4% (YoY) menjadi Rp 1,9 triliun selama sembilan bulan 2021, dengan margin EBITDA 57,8%. Sedangkan dari sisi net profit, LINK mengempit hasil Rp 687 miliar per kuartal III-2021.

"Mengenai proyeksi pendapatan di tahun 2021, ekspektasi kami akan tumbuh high-single digit dibandingkan 2020. Kami memperkirakan juga sama (2022) pertumbuhan Link Net high-single digit," ujar Johannes dalam public expose yang digelar secara virtual, Senin (13/12).

Baca Juga: XL Axiata (EXCL) dan Link Net (LINK) negosiasi perjanjian jual beli

Pertumbuhan kinerja LINK ditopang oleh segmen bisnis residensial dan enterprise. Johannes menyebut, segmen bisnis residensial menyumbang 80% terhadap pendapatan LINK. Sedangkan enterprise berkontribusi 20%, yang diproyeksikan bakal terus bertumbuh.

LINK mencatat ada kenaikan pesanan dari klien perusahaan seiring diperlonggarnya pembatasan mobilitas pada masa pandemi Covid-19 seperti saat ini, khususnya dari sektor perhotelan dan pariwisata. Kondisi ini menjadi sinyal positif bagi bisnis LINK.

"Segmen enterprise Link Net terus menunjukkan perbaikan. Kami memiliki portofolio pelanggan yang berkualitas mulai dari perusahaan e-commerce terbesar, perbankan, BEI, hingga pemerintahan di Indonesia," sebut Johannes.

Secara operasional, tingkat penetrasi Link Net mencapai 30,1% dengan bundling rate 96,5%. Per Oktober 2021, Link Net tercatat memiliki 2,85 juta home pass. Hingga Oktober 2021, Link Net sudah menambah 173.000 home pass. "Kami optimistis dapat menambahkan 180.000 - 190.000 home pass di tahun 2021," imbuh Johannes.

Guna menopang pertumbuhan finansial dan operasional, LINK juga memperkuat jaringan infrastrukturnya. LINK terus menjalankan program migrasi untuk memindahkan jaringan kabel ke infrastruktur milik sendiri. 

Johannes bilang, kemandirian infrastruktur ini penting untuk meningkatkan arus kas serta sumber daya dalam mempercepat pertumbuhan jaringan dan pelanggan. Saat ini proyek migrasi ini sudah mencapai 55%.

Dalam kesempatan yang sama, Presiden Direktur Link Net Marlo Budiman menambahkan bahwa setelah program migrasi jaringan kabel ini rampung, nantinya akan berdampak terhadap EBITDA dan bottom line LINK sebesar 3,6%. Sebab, tanpa infrastruktur yang mandiri seperti sebelumnya, LINK mesti menjalankan revenue sharing sebanyak 3,6%.

Baca Juga: Pendapatan Link Net (LINK) terus meningkat meski dihadapkan tantangan pandemi

Marlo menekankan, LINK pun akan terus menggelar ekspansi di tahun depan. LINK mengejar penambahan sekurang-kurangnya 200.000 home pass dan 55.000 net subscribers pada 2022. Dari sisi wilayah, ekspansi akan dilakukan antara lain di Sukabumi dan Purwokerto.

Sebagai informasi, saat ini LINK memiliki jaringan pelanggan di 23 kota, dengan 20 kota berada di Pulau Jawa dan 3 Kota lainnya berlokasi di Batam, Medan dan Bali.

"Ke depannya dalam jangka waktu 3 tahun-5 tahun, impian kami untuk bisa menjangkau 45 kota besar di Pulau Jawa. Sehingga mereka bisa menikmati layanan Link Net," ujar Marlo.

Alokasi belanja modal (capex)

Untuk memuluskan rencana ekspansi tersebut, LINK menganggarkan belanja modal (capex) sebesar Rp 3,07 triliun pada tahun 2022. Capex tersebut dialokasikan untuk keperluan ekspansi, melanjutkan program migrasi, serta keperluan upgrading dan maintenance.

Mengenai belanja modal di tahun depan, Johannes mengungkapkan bahwa sebagian besar capex akan bersumber dari kas internal. Namun LINK tidak menutup kemungkinan untuk mencari pendanaan dari lembaga keuangan di dalam negeri.

Sementara untuk tahun ini, LINK mengalokasikan capex sebesar Rp 3,1 triliun yang dipakai untuk menunjang proyek migrasi serta biaya menjalankan business as usual. Menurut Johannes, proyeksi serapan capex berkisar di level 95%-97% dari yang sudah dianggarkan.

Adapun khusus untuk program migrasi, anggaran yang dialokasikan LINK menyentuh Rp 2,5 triliun. "Itu sejak tahun 2020 lalu sampai dengan proyek migrasi selesai, yang diperkirakan di tahun depan," imbuh Johannes.

Di sisi lain, mengenai progres akuisisi saham PT Link Net Tbk (LINK) oleh PT XL Axiata Tbk (EXCL), manajemen LINK tak banyak berkomentar. Marlo Budiman menyebut, pihaknya belum bisa menyampaikan informasi mengenai conditional sales purchase agreement (CSPA) dan progres lainnya dalam akuisisi tersebut.

Marlo bilang, LINK masih menunggu informasi lebih lanjut dari pemegang saham, yakni PT First Media Tbk dan CVC Capital melalui Asia Link Dewa. "Kami di Link Net sebagai target company masih menunggu kabar dari pemegang saham kami," imbuhnya.

Baca Juga: CSPA dikabarkan diteken awal Desember, Lippo raup Rp 4 triliun dari penjualan LINK

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×