Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Pusat pelatihan pilot milik taipan Rusdi Kirana, Lion Air Training Centre (LATC) terus berusaha melebarkan sayap bisnisnya. Rencananya di tahun ini perseroan akan mendatangkan 2 unit simulator sebagai media latihan rutin para pilot.
Dua simulator tersebut akan diperuntukkan bagi pesawat jenis Airbus dan ATR. “Sekarang sudah ada 6, tahun ini akan kita tambah 2 lagi,” kata Capt Dibyo Soesilo, General Manager Lion Air Training Centre (LATC) kepada Kontan beberapa waktu lalu.
Menurutnya penambahan ini memang sengaja dilakukan untuk mengakomodir operasional bisnis perusahaan yang akan semakin berkembang di kemudian hari. Saat ini saja menurutnya ada sekitar 200 pilot dari maskapai jaringan Lion Group yang tengah mengantri untuk mereview lisensinya.
Lanjut Dibyo, idealnya maskapai yang memiliki sekitar 30 pesawat harus memiliki 1 buah simulator. Dengan jumlah armada Lion Group yang saat ini mencapai 96 unit, berarti 6 simulator yang dimiliki perseroan sudah cukup untuk mengakomodir kebutuhan tersebut.
“Kita sih menargetkan sampai tahun 2028 sudah punya 26 simulator,” imbuhnya.
Dengan simulator yang sudah dimiliki sendiri, ini artinya perseroan tidak perlu menyewa alat tersebut kepada pihak lain. Sebenarnya biaya penyewaan simulator ini cukup relatif mahal. Seorang pilot yang ingin mereview lisensinya biasanya harus merogoh kantong hingga US$ 400 per jam. Padahal dalam sekali pelatihan rata-rata dibutuhkan waktu hingga 4 jam.
Lion Air Training Centre (LATC) sendiri saat ini berlokasi di bandara Mas, Cengkareng. Sarana pelatihan itu dilengkapi dengan 6 simulator yang terdiri 4 buah untuk pesawat Boeing, 1 buah untuk pesawat Airbus dan 1 buah untuk pesawat ATR.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News