Reporter: Yudo Widiyanto | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Saat ini, jumlah maskapai nasional yang melalui rute internasional sangat minim. Hal ini menandakan, Indonesia tidak memanfaatkan perjanjian Internasional. Padahal, salah satu prinsip perjanjian internasional terkandung asas resiprokal atau timbal balik. Sederhananya, kalau negara lain maskapainya terbang ke Indonesia, maskapai kita juga diberi kemudahan untuk terbang ke negara tersebut.
Direktur Angkutan Udara Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Dephub Tri S Sunoko mengatakan, maskapai nasional belum mampu memenuhi asas resiprokal yang termuat dalam perjanjian penerbangan antarnegara. ”Akibatnya, jumlah maskapai asing yang terbang ke Indonesia jauh lebih banyak ketimbang maskapai nasional yang terbang ke luar negeri,” ujarnya akhir pekan lalu.
Tri Sunoko bilang, dengan perjanjian itu, maskapai nasional memiliki hak yang sama dengan maskapai asing yang terbang ke Indonesia, baik dari kesamaan jenis pesawat, jumlah kursi hingga frekuensi penerbangan. ”Kendati telah ada asas resiprokal, implementasinya memang tidak berimbang,” katanya.
Tri Sunoko juga menjelaskan, Indonesia memiliki perjanjian bilateral penerbangan dengan 71 negara mitra dengan hak yang sama. Namun, realisasinya maskapai nasional yang ke luar negeri hanya sembilan dengan 25 kota tujuan di 11 negara dari sembilan kota di Indonesia. Padahal, jumlah maskapai asing yang terbang ke dan dari Indonesia sebanyak 38 yang berasal dari 21 negara atau 36 kota menuju 15 kota.
Kepala Pusat Komunikasi Publik Dephub Bambang S Ervan mengatakan, terkendalanya pemenuhan asas resiprokal selama ini adalah karena maskapai nasional selalu terbentur masalah tingkat isian penumpang (load factor) yang pada umumnya masih rendah. “Maskapai kita load factornya masih rendah jika dibanding dengan maskapai internasional lainnya,” kata Bambang.
Salah satunya adalah terkait armada pesawat dan semangat pelayanannya. ”Maskapai Indonesia banyak yang masih baru dan masih dalam tahap “mencari-cari”. Padahal ketika perjanjian belum diteken, maskapai nasional selalu bilang mampu,” ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News