Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli
Meski begitu, tak semua sektor bisnis terdongkrak oleh long weekend Waisak. Contohnya pusat perbelanjaan, terutama di kota besar seperti Jakarta.
Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja mengatakan, long weekend tidak memberikan dorongan yang signifikan dibandingkan hari libur tanggung alias hari terjepit. Sebab, masyarakat kelas menengah-atas lebih banyak bepergian ke luar kota atau luar negeri saat long weekend.
Apalagi dengan infrastruktur transportasi seperti jalan tol yang sudah lebih terkoneksi. "Long weekend lebih menguntungkan bagi industri usaha pariwisata. Saat ini industri usaha ritel sedang berada dalam low season sebagaimana biasanya terjadi setelah Idulfitri," terang Alphonzus.
Baca Juga: Fokus Lakukan Wisata Berbasis Konservasi, Wisatawan Kaimana Meningkat 15% Tiap Tahun
Namun, tak semua sektor wisata terdongkrak oleh long weekend Waisak. Corporate Secretary PT Panorama Sentrawisata Tbk (PANR) AB Sadewa mengatakan long weekend biasanya lebih berpengaruh pada wisata domestik atau penjualan komponen wisata seperti tiket kereta, pesawat domestik dan hotel.
Namun untuk paket tour wisata ke luar negeri, dampak long weekend cenderung mini, kecuali saat berdekatan dengan musim liburan. Adapun, produk PANR lebih banyak menawarkan paket tour ke luar negeri.
Meski begitu, PANR mencatatkan permintaan yang tinggi pada bulan Mei. Sadewa bilang, kenaikan ini merupakan persiapan masyarakat untuk menyambut libur sekolah pada bulan Juni-Juli. Destinasi yang banyak dituju adalah Jepang, Eropa barat, Turki, China dan Asia Tenggara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News