Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Noverius Laoli
Adapun, Bobby juga menjelaskan ihwal kecukupan biomassa untuk program co-firing PLTU. Menurut dia, pemenuhan kebutuhan biomassa untuk program co-firing PLTU masih jauh dari cukup.
Hingga tahun 2023, capaiannya baru mencapai 1 juta ton dari 10,2 juta ton yang direncanakan hingga 2025. Indonesia masih membutuhkan banyak biomassa untuk program co-firing, untuk menggantikan sebagian besar batu bara di sejumlah PLTU di seluruh Indonesia.
Menurut Bobby, besarnya kebutuhan biomassa tersebut tak terlepas dari penggunaan biomassa yang secara nyata telah mampu mereduksi emisi di PLTU, dan mengurangi porsi penggunaan energi fosil.
Baca Juga: Pekan Perdagangan Pendek Menjelang Pilpres, Intip Rekomendasi Saham Berikut Ini
Selain itu, walau kebutuhan naik, penggunaan biomassa tak akan mengerek biaya pokok produksi pembangkit. Harga biomassa yang terjangkau bahkan berbanding 1:1 dengan batu bara, membuat biomassa sangat ekonomis.
“Jika dibandingkan dengan EBT lain, biomassa ini yang paling murah," ujar Bobby.
Dengan meningkatnya penggunaan biomassa untuk co-firing PLTU, maka reduksi emisi ditargetkan bisa mencapai 2,4 juta ton CO2 pada tahun ini. Target tersebut meningkat dibandingkan realisasi penurunan emisi pada tahun 2023 sebesar 1,05 juta ton CO2.
Bobby menambahkan, jumlah PLTU yang menggunakan biomassa dipastikan akan bertambah, sehingga, total kebutuhan biomassa diprediksi meningkat hingga 10,2 juta ton biomassa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News