kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mainan asal China membanjiri pasar lokal


Selasa, 24 Juli 2018 / 12:25 WIB
Mainan asal China membanjiri pasar lokal


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produk asal Tiongkok masih merajai pasar mainan anak-anak di Tanah Air. Selama ini, impor mainan di Indonesia mencapai 65% dari total mainan yang beredar, sementara produksi lokal sebesar 35%.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Mainan Indonesia (APMI), Johan S. Tandanu, mengemukakan salah satu kendala produksi mainan di Indonesia adalah dari sisi bahan baku.

Ada beberapa komponen bahan baku mainan yang belum bisa dibuat di Indonesia, seperti baut dan komponen kecil lainnya. Hal tersebut turut mempengaruhi produksi mainan di dalam negeri.

Selain bahan baku, Johan menyebutkan ada beberapa pabrik mainan yang memang bertujuan ekspor. Hal itu lantaran ketatnya persaingan di pasar lokal.

“Pabrik perlu agen distributor untuk memasarkan produk, tetapi sebagian pabrik tidak bisa handle lokal karena kompetisi dan tidak ada budget untuk promosi brand sehingga mereka mengekspor produknya,” ujar Johan di Jakarta, Senin (23/7).

Saat ini, pasar mainan di Tanah Air dikuasai oleh produk asal China. Sebagai gambaran, menurut Johan, sisa ekspor China bisa menyaingi produksi satu pabrik di Indonesia. "Untuk satu kontainer impor, mereka bisa memasukan 10 – 20 varian. Sedangkan kami, satu kontainer hanya satu varian,” ujar dia.

Meski demikian, untuk produk mainan bermerek, ada beberapa pemain lokal yang justru memasarkan produknya ke pasar ekspor. Johan mencontohkan, salah satu anggota APMI, yakni PT Lung Cheong Brothers, menjual seluruh produksinya ke pasar ekspor.

Johan menyebutkan, selain ketatnya persaingan di pasar dalam negeri, masalah industri mainan domestik yang tak pernah tuntas adalah maraknya barang-barang ilegal yang beredar di pasar gelap alias black market. Asosiasi menilai aturan main terkait impor sudah memadai. Hanya saja, menurut Johan, pemerintah perlu meningkatkan pengawasan, terutama di pelabuhan tempat keluar masuk barang. Hal ini untuk mengantisipasi produk black market.

Soal permintaan, selama dua-tiga minggu terakhir penjualan meningkat. “Penjualan pasca lebaran naik signifikan mencapai 30%,” kata Johan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×