kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

MAKSI dorong promosi sawit ramah lingkungan


Rabu, 01 Maret 2017 / 10:43 WIB
MAKSI dorong promosi sawit ramah lingkungan


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Masyarakat global kerap mendiskreditkan produksi minyak kelapa sawit atawa crude palm oil (CPO) sebagai produk yang tidak ramah lingkungan. Hal ini tak lepas dari persaingan bisnis dengan minyak nabati lainnya yang mulai tersingkir dengan adanya produk CPO dan turunannya dengan volume dan harga yang lebih kompetitif. 

Untuk itu, Masyarakat Perkelapasawitan Indonesia (MAKSI) mendorong agar pemerintah dan masyarkaat meningkatkan promosi positif terhadap minyak sawit. MAKSI mengajak masyarakat supaya bangka menjadikan sawit sebagai produk unggul Indonesia.

Ketua Umum MAKSI Darmono Taniwiryono mengatakan, sumbangan ekspor CPO terhadap devisa tiap tahunnya mencapai rata-rata lebih dari US$ 15 miliar. Menurutnya pada rangkaian APEC First Senior Officials Meeting (SOM1), 22-23 Februari 2017, sawit ditetapkan sebagai "Development Products" yaitu produk yang berkontribusi terhadap keberlanjutan dan pertumbuhan inklusif melalui pembangunan pedesaan dan pengentasan kemiskinan.

Darmono menjelaskan, FGD Strategi Pengembangan Ekspor dan Rantai Nilai Sustainable Palm Oil Indonesia dan Field Trip Perkebunan Sawit yang diselenggarakan di Pekanbaru beberapa waktu lalu itu merupakan wadah bagi para perwakilan perdagangan di luar negeri untuk mengetahui dan mengenal sawit lebih dalam. Sehingga dapat meyakinkan para calon konsumen CPO dan PKO serta berbagai produk turunannya di luar negeri.

"Para atase perdagangan dan direktur ITPC merupakan garda terdepan untuk menyampaikan mana yang mitos dan mana yang fakta dalam menangkis isu-isu negatif yang sengaja dibangun oleh kompitetor minyak nabati dunia yaitu minyak kedelai, rapeseed, dan jagung," ujarnya, Rabu (1/3).

Menurut Darmono, banyak orang yang tidak mengenal produk sawit tetapi berbicara negatif tentang sawit. Akibatnya, opini negatif sawit telah merasuk di pemikiran generasi muda Indonesia. Tudingan kalau sawit sebagai penyebab kebakaran hutan, sawit tidak sehat, sawit rakus air, dan lain sebagainya merupakan salah satu contohnya. 

Darmono menambahkan, berdasarkan data yang disampaikan oleh Asosiasi Produsen Biofuels Indonesia (APROBI), produktivitas biodiesel per satuan luas perkebunan kelapa sawit 10 kali lebih produktif dari kedelai. Dengan demikian nilai pengurangan emisi oleh sawit jauh lebih besar dari tanaman kedelai. Apalagi seluruh biomasa sawit (cangkang, sabut, tandan kosong, batang dan pelepah sawit) dikonversi menjadi energi.

Menurut Darmono, masih banyak yang bisa dilakukan untuk meningkatkan daya saing biodiesel sawit Indonesia yaitu dengan meningkatkan efisiensi pemupukan, efisiensi penggunaan alat angkut, melakukan perangkapan dan pemanfaatan gas metana, dan penggunaan lahan terdegradasi untuk pengembangan sawit. Di Indonesia saat ini masih tersedia sekitar 24 juta hektare lahan kritis. "Seharusnya itu bisa digunakan untuk pengembangan sawit," kata dia. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×