kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Masalah ini yang terus menghantui sektor pertanian


Rabu, 16 Juli 2014 / 13:15 WIB
Masalah ini yang terus menghantui sektor pertanian
ILUSTRASI. Ekspektasi The Fed akan lebih hawkish dan menaikkan bunga menjadi 6%. ANTARA FOTO/Reno Esnir/tom.


Reporter: Mona Tobing | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Upaya pemerintah untuk meningkatkan produksi pangan lewat perluasan lahan dan pemberian distribusi pupuk belum banyak memberikan hasil. Kondisi inilah yang membuat Kemenetrian Pertanian (Kementan) merevisi target produksi pangan sebanyak dua kali. Kementan beralasan terlalu banyak persoalan di lapangan yang tidak singkron dengan target yang ditetapkan.

Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian menjabarkan dua persoalan yakni perluasan dan pengelolaan lahan dan pada pelaksanaan pemberian subsidi pupuk. Pada perluasan lahan misalnya ada lima persoalan yang membuat perluasan lahan pertanian mandek.

Pertama, calon lokasi kegiatan sulit. Kedua, rendahnya sumber daya manusia di tingkat provinsi dan kabupaten masih rendah. Ketiga, penyaluran dana dalam proses adminitrasi kerap terlambat. Keempat, dukungan APBD rendah. Terakhir, laporan hasil pelaksanaan tingkat kabupaten dan provinsi masih lemah.

Plus, perbedaan data luas areal tanam antara Badan Pusat Statistik (BPS) sebesar 7 juta hektar (ha) namun pada data Kementan hanya 4 juta ha. Prasetyo Nuchsin, Direktur Perluasan dan Pengelolaan Lahan PSP Kementerian Pertanian mengakui, sulit untuk mencetak sawah baru lewat perluasan sawah. Jika pada tingkat kawasan daerah sekalipun belum memiliki basis data lahan. "Kendala lain juga berasal dari status kawasan hutan apakah termasuk hutan guna usaha atau kawasan gambut," imbuh Prasetyo pada Selasa (15/7) kemaren.

Selain persoalan luas lahan, pengadaan dan penyaluran pupuk bersubdisi mengalami kendala. Alokasi pupuk bersubdisi di suatu wilayah sering kali tidak cukup. Jika seharusnya pupuk bersubdisi diberikan untuk tanaman pangan pada prakteknya di lapangan sering kali pupuk bersubsidi diberikan pada tanaman perkebunan. Kondisi ini terjadi karena lemahnya pengawasan pupuk.

Tahun ini, kebutuhan pupuk bersubsidi diusulkan mencapai 9,55 juta ton sementara anggaran untuk pupuk sampai 2015 diperkirakan mencapai Rp 26 triliun. Muhrizal menjabarkan, pada tahun ini saja anggaran pupuk bersubsidi mencapai Rp 22,16 triliun serta tambahan Rp 4 triliun untuk tahun 2015.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×