Reporter: Mona Tobing | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Dalam waktu dekat para petani memasuki panen raya padi dan bisa menambah posisi pasokan beras nasional. Bahkan hitungan di atas kertas, stok Februari akan surplus ketimbang posisi stok Januari. Hal inilah yang menjadi dasar Kementerian Pertanian (Kemtan) optimistis tak perlu mengimpor beras.
Hasil Sembiring, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kemtan mengatakan, luas lahan sawah yang panen bulan ini mencapai 1,2 juta hektare (ha) dengan produksi sekitar 3,6 juta-4 juta ton gabah kering giling (GKG). Jumlah ini sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan beras nasional karena tiap bulan konsumsi beras sekitar 3 juta ton.
Dia optimistis, dalam empat bulan ini stok beras masih aman sehingga tak perlu impor. "Apalagi cuaca awal tahun ini cukup bagus," kata Hasil kepada KONTAN, akhir pekan lalu.
Kondisi ini berbeda dengan posisi Januari yang defisit beras. Sebab, luas area panen sepanjang Januari hanya sekitar 600.000 ha.
Kalkulasi Hasil, surplus beras akan berlanjut. Sebab, pada Maret, luas areal sawah yang panen mencapai 3 juta ha dan April sekitar 2,2 juta ha. Jika dihitung selama empat bulan akan ada panen sekitar 21,2 juta ton beras.
Perinciannya, pada Januari 1,8 juta. Lalu Februari sebesar 3,6 juta ton dan Maret sebesar 9,1 juta ton. Terakhir April sebesar 6,7 juta ton.
Meski pasokan beras aman hingga April, tapi hal ini belum mampu menurunkan harga beras yang masih cukup tinggi. Hasil bilang kenaikan harga pokok penjualan (HPP) beras pada Januari lalu dari Rp 6.600 menjadi Rp 7.250 per kilogram (kg) bakal mempengaruhi harga beras di pasar.
Tren harga beras dunia juga tengah menurun. Pekan lalu, harga beras di pasar Chicago Board of Trade (CBOT) untuk kontrak Maret 2015 berada pada harga US$ 10,74 per cwt atau kuintal.
Sebagai perbandingan, pada awal tahun ini, harga beras berada mencapai US$ 11,54 per kuintal.
Toh, Hasil menyatakan, penurunan harga beras dunia tidak bisa menjadi patokan untuk harga beras di Tanah Air. Sebab, Indonesia bukanlah pengekspor beras.
Winarno Tohir, Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan Indonesia (KTNA) memprediksi harga beras yang tinggi saat tak akan berlangsung lama dan harga beras akan turun pada bulan April mendatang.
Untuk itu, dia pun mendukung dan menantikan komitmen pemerintah untuk tidak mengimpor beras. Komitmen ini penting karena pasokan akan melimpah dalam tiga bulan mendatang.
Selama ini, harga beras impor dari Thailand dijual hanya Rp 5.500 per kg. Harga tersebut lebih rendah dari harga jual beras lokal yang berkisar Rp 7.500-Rp 8.300 per kg.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News