Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Mayora Indah Tbk (MYOR) terus melakukan transformasi digital di seluruh pabriknya. Targetnya, pada 2024 mendatang, pabrik Mayora Indah bisa menerapkan smart factory.
Nurdin Lesmana, Manufacturing Group Head M1 & M4 Mayora Indah mengatakan, transformasi digital merupakan satu tren baru. Mayora terus berinovasi sehingga ketika ada tren anyar perusahaan selalu mempelajarinya.
"Pada 2017, Mayora baru mulai menjajaki industri 4.0. Setelah mempelajari dan riset lebih dalam, kami mulai digitalisasi pada 2018 dan tes pilot project pertama dijalankan untuk quality system," ujarnya dalam acara Hannover Messe 2021 "Agro-based Industry Journey to Industry 4.0" secara virtual, Selasa (6/4).
Baca Juga: Harga saham sektor consumer goods tertekan sejak awal tahun, ini sebabnya
Saat ini, baru 30% transformasi digitalisasi yang diterapkan di seluruh pabrik Mayora Indah. Nurdin mengatakan, hingga saat ini MYOR terus menjalankan transformasi.
Namun di masa pandemi di 2020, agenda transformasi digital ini sedikit melambat karena Mayora Indah memfokuskan untuk bertahan.
"Lantas, di 2021 kami akan memulai lagi. Rencananya di 2022 arahnya ke analisa big data menggunakan artificial intelligence dan optimalisasi. Lantas di 2023 akan ada manajemen excecution system dan targetnya di 2024 bisa menjadi smart factory," kata Nurdin.
Nurdin menjelaskan, maksud dari smart factory adalah perusahaan dapat melakukan uji coba (trial) produk dengan simulasi sehingga tidak harus dilakukan secara aktual yang memakan banyak biaya.
Tahapan implementasi industri 4.0 di Mayora Indah dimulai dari digitalisasi, kemudian koneksi mesin, lalu menarik data ke satu sistem untuk memonitor.
Nurdin menyebut, investasi untuk industri 4.0 tidak terlalu mahal. Selama ini, proses digitalisasi di Mayora Indah tidak serta merta langsung mengganti dengan mesin baru yang canggih dan mahal.
Ia memberikan gambaran, jika perusahaan mau mengganti kilometer gas analog ke kilometer gas digital yang satu unitnya Rp 80 juta, tentu investasinya akan besar. Solusinya, Mayora menggunakan converter yang dipasang ke kilometer gas analog sehingga datanya bisa diubah ke digital.
"Jadi tidak harus mahal, kami gunakan teknologi yang ada sehingga bisa lebih tepat guna," imbuh Nurdin.
Selanjutnya: Laba bersih Mayora Indah (MYOR) meningkat jadi Rp 2,06 triliun di tahun lalu
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News