kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.504.000   5.000   0,33%
  • USD/IDR 15.935   0,00   0,00%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Medco akan mengembangkan biodiesel


Minggu, 15 Maret 2015 / 16:52 WIB
Medco akan mengembangkan biodiesel
ILUSTRASI. Ini 7 Minuman Penurun Panas Demam untuk Anak hingga Orang Dewasa


Reporter: Muhammad Yazid | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. PT Medco Energy International Tbk akan mendiversifikasikan usahanya selain industri minyak dan gas bumi (migas).  Emiten energi berkode MEDC berencana mengembangkan bahan bakar nabati (BBN) berupa produk biodiesel di Manokwari, Papua Barat.  

Bahkan, perusahaan besutan taipan Arifin Panigoro ini siap menggelontorkan investasi senilai US$ 20 juta untuk pengembangan biofeul berkapasitas kilang mencapai 1.000 barel per hari (bph). 

"Kami memiliki areal kebun kelapa sawit seluas 10.000 hektare di Manokwari," kata Arifin Panigoro didampingi Presiden Direktur Medco Energy International Lukman Mahfoedz usai menggelar diskusi kemandirian energi nasional di Jakarta, Sabtu (14/3).  

Hasil perkebunan tersebut nantinya tidak hanya dikembangkan untuk menghasilkan minyak kepala sawit mentah atawa crude palm oil (CPO). Namun, akan lebih dikembangkan lebih hilir lagi berupa pengembangan kilang biodiesel dengan kapasitas produksi 1.000 bph. 

Menurut dia, BBN tersebut merupakan produk green diesel karena akan dapat langsung dipakai tanpa dicampurkan dengan BBM.  "Investasi kilangnya sekitar US$ 20 juta untuk kapasitas 1.000 bph," kata dia. 

Tapi, Arifin belum merinci target waktu untuk merealiasasikan rencana ekspansi tersebut. Sebab, pihaknya masih menunggu kebijakan resmi dari pemerintah mengenai tata niaga penjualannya. 

Maklum, di wilayah Papua infrastrukturnya masih terbatas sehingga perlu insentif khusus bagi pengusaha. Salah satunya, kepastian harga jual yang tidak bisa mengikuti perkembangan harga minyak dunia.  

"Kami sudah sampaikan langsung ke Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), apakah bisa kami langsung menjualnya langsung ke konsumen atau harus lewat PT Pertamina," ujar Arifin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×