Reporter: Francisca Bertha Vistika | Editor: Francisca bertha
KONTAN.CO.ID - JAKARTA PT Megmilk Snow Brand Indonesia, produsen keju merek Meg Cheese, memperkuat strategi pemasarannya di Indonesia dengan dua langkah besar yang dijalankan berdekatan: peluncuran produk baru Mozza Slice dan kemasan spesial bertema Wonderful Indonesia. Upaya ini menjadi bagian dari rangkaian perayaan tahunan Meg Cheese Day 2025, sekaligus langkah konkret perusahaan untuk memperluas pangsa pasar keju di Indonesia yang masih tergolong rendah.
Perusahaan memanfaatkan momentum Hari Keju Sedunia 2025, yang jatuh pada 4 Juni, dengan menggelar kampanye bertema Karnaval Keju Nusantara dan menggandeng Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). Melalui kolaborasi ini, Meg Cheese meluncurkan empat varian produk slice dengan kemasan khusus yang menampilkan destinasi prioritas pariwisata nasional: Danau Toba, Candi Borobudur, Mandalika, dan Labuan Bajo. Desain ini dimaksudkan untuk menyampaikan pesan wisata secara emosional sekaligus menempatkan keju sebagai bagian dari gaya hidup aktif dan modern.
“Kami mengapresiasi langkah Meg Cheese yang secara kreatif memadukan kekuatan kuliner dan pariwisata. Kemasan special Wonderful Indonesia menjadi cara cerdas untuk memperluas promosi destinasi prioritas secara relevan,” ujar Ni Made Ayu Marthini, Deputi Bidang Pemasaran Kemenparekraf pada peluncuran kemasan terbaru di Jakarta, Rabu (4/6). Ia menambahkan, sinergi sektor swasta dan pemerintah seperti ini penting dalam membentuk persepsi positif terhadap pariwisata Indonesia dan mendukung ekonomi kreatif.
Baca Juga: Brand Fashion Dunia Tanggapi Klaim Produk Mewah Dijual Murah dari Pabrik di China
Presiden Direktur PT Megmilk Snow Brand Indonesia, Thomas Agus Pamudji, menyatakan bahwa pasar keju domestik masih menyimpan peluang besar. “Kalau dirata-rata dalam lima tahun terakhir, pertumbuhannya di kisaran high single digit. Tapi belum menjadi produk konsumsi rutin di banyak rumah tangga,” ujarnya pada KONTAN, usai acara peluncuran kemarin. Ia menambahkan bahwa potensi pertumbuhan sangat bergantung pada peningkatan daya beli dan edukasi gizi masyarakat.
Thomas menjelaskan bahwa produk dalam format slice saat ini menjadi kontributor utama penjualan. “Format slice lebih fleksibel dikonsumsi, bisa dimakan langsung, dibawa saat travelling, dan tidak harus disimpan di kulkas jika belum dibuka. Ini sangat cocok untuk konsumen aktif dan mendukung tema kolaborasi kami dengan Kemenparekraf,” jelasnya. Permintaan terhadap produk slice terus meningkat seiring perubahan pola konsumsi yang mengarah pada kemudahan dan nutrisi on-the-go.
Di tengah persaingan yang semakin ketat, termasuk dari merek baru yang masuk pasar, Thomas menilai dinamika ini positif. “Itu menunjukkan bahwa pasar keju di Indonesia masih berkembang. Masing-masing punya cara sendiri, tapi semua ini membantu memperluas penetrasi keju di masyarakat. Target kami bukan saling rebut pasar, tapi menaikkan konsumsi nasional,” jelasnya pada KONTAN. Saat ini konsumsi keju di Indonesia diperkirakan baru sekitar 300 gram per kapita per tahunjauh lebih rendah dibandingkan negara-negara maju.
Selanjutnya: Sah, Pertamina Resmi Jual Pertamax Green 95 di Jawa Tengah
Menarik Dibaca: Jadwal Operasional BCA Selama Libur dan Cuti Bersama Hari Raya Iduladha 2025
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News