kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.455.000   12.000   0,83%
  • USD/IDR 15.155   87,00   0,57%
  • IDX 7.743   -162,39   -2,05%
  • KOMPAS100 1.193   -15,01   -1,24%
  • LQ45 973   -6,48   -0,66%
  • ISSI 227   -2,76   -1,20%
  • IDX30 497   -3,22   -0,64%
  • IDXHIDIV20 600   -2,04   -0,34%
  • IDX80 136   -0,80   -0,58%
  • IDXV30 141   0,18   0,13%
  • IDXQ30 166   -0,60   -0,36%

Melalui gerakan nasional di 25 daerah, pemerintah akan genjot produksi kakao


Selasa, 18 Januari 2011 / 20:00 WIB
Melalui gerakan nasional di 25 daerah, pemerintah akan genjot produksi kakao


Reporter: Herlina KD | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Pemerintah nampaknya serius untuk menggenjot produksi kakao nasional. Buktinya, tahun ini pemerintah mematok produksi kakao sebesar 1,07 juta ton. Untuk mencapai target ini, pemerintah akan mengoptimalkan gerakan nasional (gernas) kakao yang tahun ini dilaksanakan di 25 provinsi.

Ketua Asosiasi Petani kakao Indonesia (Apkai) A. Sulaiman Husain mengatakan, program peningkatan produksi kakao melalui gernas memang lumayan bisa membantu peningkatan produksi. Meski begitu, Sulaiman pesimis target produksi kakao tahun ini bisa tercapai. "Paling hanya bisa sekitar 70% nya," ujarnya kepada KONTAN Selasa (18/1).

Ia menambahkan, dengan penerapan gernas kakao di hampir semua wilayah di Indonesia, setidaknya petani akan terbantu dengan adanya pendampingan dan penyuluhan teknologi untuk merawat tanaman kakao, khususnya ketika cuaca ekstrim. "Curah hujan yang tinggi akan berpengaruh pada pembusukan akar tanaman kakao. Bahkan, tanaman kakao bisa mati sebelum berbuah," ungkap Sulaiman.

Karena risiko membusukan tanaman atau gagal panen masih terjadi, maka ia bilang pesimis target produksi ini bisa tercapai. Meski begitu, Sulaiman mengatakan, jika program gernas berjalan efektif, produktifitas kakao masih bisa didongkrak.

Ia mencontohkan, pada tahun 2009 lalu tingkat produktifitas kakao di Sulawesi Selatan sebesar 700 kg per hektar. Tahun 2010 lalu, tingkat produktifitas ini bisa meningkat menjadi 784,22 kg per hektar. "Produksi kakao Sulawesi Selatan tahun 2009 sebesar 263.530 ton. Tahun 2013, targetnya bisa menjadi sekitar 300.000 ton," jelas Sulaiman.

Asal tahu saja, tahun lalu, secara nasional produksi kakao meleset dari target. Beberapa waktu Ketua Umum Asosiasi kakao Indonesia (Askindo) Zulhefi Sikumbang memperkirakan, produksi kakao tahun 2010 lalu hanya akan mencapai sekitar 500.000 ton - 600.000 ton.

Meski begitu, Sulaiman bilang untuk bisa mencapai 70% dari target produksi perlu dukungan dari berbagai pihak. Menurutnya, tim penyuluh dari Gernas Kakao juga harus pro aktif dalam melakukan pengawalan atau bimbingan kepada petani. Sebab,"Tidak semua petani mengerti bagaiman cara alih teknologi yang benar," jelasnya.

Peningkatan produksi kakao yang masih terbatas di tahun ini, membuat harga kakao diperkirakan masih berpeluang meningkat. Apalagi, permintaan kakao dunia terus naik. Zulhefi memperkirakan tahun ini harga kakao masih akan bertengger di kisaran US$ 3.100 - US$ 3.200 per ton.

Sayangnya, meski harga kakao dunia berfluktuasi dengan kecenderungan meningkat, tapi rupanya ini tak banyak berpengaruh ke harga petani. Sulaiman bilang, harga kakao di tingkat petani sampai saat ini masih berada di kisaran Rp 19.000 - Rp 20.000 per kg. Bahkan, jika harga kakao dunia melorot, harga kakao di tingkat petani bisa anjlok menjadi sekitar Rp 17.000 per kg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Distribution Planning (SCMDP) Supply Chain Management Principles (SCMP)

[X]
×