kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.308.000 -0,76%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Membebek harga jagung, harga pakan makin mahal


Selasa, 21 September 2010 / 19:05 WIB
Membebek harga jagung, harga pakan makin mahal


Reporter: Herlina KD |

JAKARTA. Turunnya produksi jagung dunia akibat kekeringan dan perubahan cuaca di berbagai bagian dunia membuat harga jagung terus melejit. Kenaikan harga jagung berbuntut panjang. Contoh, harga kedelai dan pakan ternak pun terkerek. Biasanya industri pakan beralih membeli kedelai ketika harga jagung tinggi. Di bursa Chicago, harga kedelai untuk pengiriman bulan November telah mencapai rekor harga tertinggi di level US$ 10,975 sen per bushel.

Sekretaris Jenderal Dewan Jagung Nasional Maxdeyul Sola mengatakan, kenaikan harga jagung dunia tidak bisa dihindarkan. Apalagi, beberapa negara produsen jagung di dunia mulai mengerem ekspornya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. "Beberapa bulan ke depan tren harga jagung masih akan naik," ujarnya, Senin (20/9).

Kenaikan harga jagung di pasar dunia itu juga akan mengerek harga jagung di dalam negeri. Sola memprediksi harga jagung di dalam negeri yang masih dibawah Rp 3.000 per kilogram (kg) akan menembus Rp 3.500-Rp 3.600 per kg sampai akhir tahun nanti.

Kalau harga minyak bumi juga naik, harga jagung pun makin melonjak. Sebab, jagung termasuk bahan baku bahan bakar alternatif.

Direktur Tanaman Serelia Kementerian Pertanian Siwi Purwanto juga memprediksi potensi kenaikan harga jagung. Taksirannya, harga jagung paling tinggi Rp 3.000 per kg. "Kenaikannya tidak akan setinggi tahun 2008 ketika harga minyak mencapai US$ 100 per barel," ujarnya.

Seperti yang sudah disebutkan di awal, kenaikan harga jagung otomatis menaikkan harga pakan ternak. Sebab, 50% bahan baku pakan ternak adalah jagung.

Ketua Gabungan Pengusaha Pakan Ternak (GPMT) Sudirman mengatakan, saat ini rata-rata harga pakan ternak sudah naik Rp 150 per kg dan berpotensi naik terus. "Kalau harga jagung naik, harga bahan baku pengganti seperti kedelai dan bekatul juga naik," keluhnya.

Dalam hitungan kasar, Sudirman bilang, harga pakan ternak akan naik setinggi 50% dari kenaikan harga jagung tersebut. "Jadi misalnya harga jagung naik Rp 100 maka harga pakan akan naik Rp 50," jelas Sudirman.

Menurut Sola seharusnya, momen kenaikan harga jagung ini bisa dimanfaatkan petani jagung Indonesia untuk menggenjot produksi. Walhasil, pasokan jagung dalam negeri bertambah, khususnya saat musim kemarau-basah seperti sekarang ini.

Sayang, petani jagung Indonesia belum terbiasa untuk menyesuaikan masa tanam jagung dengan cuaca yang berubah seperti sekarang ini. "Petani terbiasa dengan pola tanam Oktober-Maret, tidak terbiasa menanam selama Juli-September," katanya.

Tak heran jika Kementerian Pertanian memperkirakan produksi jagung nasional tidak bisa optimal tahun ini. "Di musim hujan petani hanya berani menanam di areal lahan kering saja. Areal persawahan tidak bisa ditanami karena terlalu banyak genangan air," imbuh Siwi.

Ia mencontohkan, untuk daerah kering seperti di Grobogan dan beberapa daerah di Jawa Timur, petani berani menanam jagung. "Tapi untuk daerah Klaten bagian Utara yang curah hujannya tinggi, petani tidak berani menanam jagung," ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×